SORONG, wartaplus.com - Warga Sorong, Papua Barat dihebohkan dengan fenomena alam berupa matahari bercincin dengan bingkai pelangi, Kamis (2/4).
Fenomena yang jarang terjadi itu kemudian diabadikan beramai-ramai oleh warga melalui kamera ponsel masing-masing. Salah satu staf BMKG Kota Sorong, Maria Hutahuruk dalam keterangannya di Grup WA menjelaskan bahwa fenomena tersebut merupakan fenomena "Halok yang merupakan fenomena optis berupa lingkaran cahaya di sekitar matahari.
Fenomena ini muncul akibat adanya kristal es pada awan cirrus atau jenis awan tinggi yang direfleksikan oleh cahaya matahari tersebut.
Sementara itu menurut Wikipedia, Halo disebut juga nimbus, icebow, atau Gloriole adalah fenomena optis berupa lingkaran cahaya di sekitar matahari dan bulan, dan kadang-kadang pada sumber cahaya lain seperti lampu penerangan jalan.
Warga mengabadikan fenomena Halo/Ola
Ada berbagai macam halo, tetapi umumnya halo muncul disebabkan oleh kristal es pada awan cirrus biasanya cirrostratus yang dingin yang berada 5–10 km atau 3–6 mil di lapisan atas troposfer. Fenomena ini bergantung pada bentuk dan arah kristal es, cahaya matahari direfleksikan dan dibiaskan oleh permukaan es yang berbentuk batang atau prisma sehingga sinar matahari menjadi terpecah kedalam beberapa warna karena efek dispersi udara dan dipantulkan ke arah tertentu, sama seperti pada pelangi.
Halo juga kadang-kadang dapat muncul di dekat permukaan bumi, ketika ada kristal es yang disebut debu berlian. Kejadian ini dapat terjadi pada cuaca yang sangat dingin, ketika kristal es terbentuk di dekat permukaan dan memantulkan cahaya. Kondisi cuaca sebelum kemunculan Halo di Sorong, sebelumnya diikuti hujan intensitas sedang sejak Rabu malam hingga Kamis pagi.
"Fenomena Halo adalah fenomana alam yang biasa, tidak hubungannya dengan tanda-tanda cuaca ekstrim atau apapun. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu panik atau terpengaruh dengan mitos atau informasi- informasi yang tidak benar terkait fenomena tersebut. Biasanya kalau sudah beberapa saat setelah matahari bersinar dan memanaskan partikel air yang super dingin di awan cirrus, maka fenomena itu akan hilang," seruan BMKG melalui rilis resminya.*