SORONG,wartaplus.com - Menjadi pengurus jenazah disaat wabah Virus Corona atau Covid 19 bukanlah impian banyak orang. Resiko terpapar yang sangat tinggi menjadi salah satu penyebab banyak orang yang berpikir ulang saat hendak menjadi pengurus jenazah pasien, apalagi status pasien saat itu adalah Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Abdul Muthalib, pria yang pernah menjadi anggota DPRD dan sekarang fokus pada dunia usaha kemudian menjadi bahan pembicaraan masyarakat setelah postingannya di FB menjadi viral saat menggunakan pakaian perlengkapan pengurusan jenazah, jauh dari kata layak.
Pakaian yang digunakan bukan pakain Hazmat yang banyak tersebar, diposting, dilihat atau dipikirkan masyarakat. Bukan pakaian berwarna putih tebal, dengan perlengkapan, sepatu dan kaus tangan brwarna kuning. Tapi hanya selembar plastik hijau tipis yang menutup badannya. Bahkan kepalanya yang menggunakan peci masih terbuka dan terlihat.
Sepatu yang digunakan juga bukan sepatu boot standar, melainkan sepatu boot tukang bangunan, pun demikian dengan sarung tangan plastik yang dikenakannya. Jauh dari kata layak dalam pengurusan jenazah kategori resiko tinggi.
Kepada wartaplus.com melalui saluran telpon, Abdul Mutalib menceritakan kisahnya menjadi pengurus Jenazah pada Kamis (26/03/2020).
“Niat Saya Lillahi Taalla, benar-benar hanya mengharapkan ridho Allah atas pengurusan Jenazah almarhumah. Tidak ada niat lain, meski Saya tahu resiko yang saya terima tinggi, apalagi kemudian baru diketahui, jenazah positif terpapar virus itu,” terangnya di balik telepon.
Setelah diumumkan oleh pemerintah dan tim satgas Covid 19 Kota Sorong pada Sabtu (28/3/2020) bahwa ada dua orang Pasien PDP yang dinyatakan positif, Abdul Muthalib pun semakin khawatir. Apalagi hingga hari ini, Selasa (31/3) belum ada pemeriksaan intensif terhadap dirinya.
“Kontak fisik secara langsung memang tidak, karena almarhum adalah perempuan. Disaat Saya datang juga, jenazah sudah berada di dalam kantong Jenazah sudah disterilkan oleh pihak rumah sakit dan salah satu orang ibu, yang juga menggunakan pakaian standar. Sesampai di kuburan juga, jenazah sempat tertahan sekitar satu jam lebih karena tidak ada petugas yang membantu Saya. Supir Ambulance juga tidak berani karena diperintahkan hanya untuk mengantar. Saya bilang kalau tidak ada yang membantu, Saya pulang. Akhirnya pihak keluarga berkordinasi dengan pihak Rumah Sakit dan pihak rumah sakit mengirimkan petugas dengan pakaian standar untuk membantu mengusung jenazah. Saat diliang lahat, hanya ada Saya dan anak alamarhum. Saya tidak membuka lagi kantong jenazahnya, hanya membalikkan badan jenazah agar menghadap kiblat,” tutur Muthalib.
Usai prosesi pemakaman, Muthalib menghubungi bagian Kemenkominfo Kota Sorong untuk melakukan upaya pemeriksaan kesehatan bagi tim medis dan pengurus jenazah. Tapi itu tidak dilakukan oleh pihak pemerintah. Akhirnya Ia pun memutuskan memeriksakan diri sendiri di Rumah Sakit.
“Saya hubungi bagian kemenkominfo, bahwa tim medis dan petugas jenazah sebaiknya ditindak lanjuti dengan pemeriksaan kesehatan setelah mengurus jenazah. Itu yang tidak ditindak lanjuti. Kemudian Saya membawa diri melakukan pemeriksaan sekilas di RS Sele Be Solu pada malam jumat (Kamis malam) untuk periksa suhu badan. Alhamdulillah suhu badan normal, masih sehat. Tapi sehat ini kan tidak tahu pasti karena tidak ada pemeriksaan lanjutan,” ungkapnya. Saat ini, Ia masih melakukan aktifitas seperti biasanya namun secara sadar melakukan upaya jaga jarak kepada Isteri, anak-anaknya, serta pekerjanya
Jaga Jarak
.“Saya tidak bisa katakan Saya sehat setelah melakukan prosesi tersebut, setelah mengetahui pasien positif Corona. Saya hanya dapat menyarankan kepada pemerintah daerah, satgas, untuk menyiapkan, mengadakan peralatan pakaian petugas medis yang benar-benar sterilisasi. Saya prihatin petugas medis hanya dibekali pakaian tipis seperti kantong plastic yang benar-benar tidak steril. Kasihan petugas medis dan petugas jenazah juga punya keluarga sehingga perlu standarisasi saat menangani pekerjaan resiko tinggi,” harap Muthalib.
Abdul Muthalib/Istimewa
Juru Bicara Satuan Tugas kesiapsiagaan dan pengendalian infeksi virus Corona Covid 19, Ruddy Laku mengakui bahwa Alat Perlindungan Diri (APD) bagi tenaga medis, pengurus jenazah masih sangat kurang dan sesuai perintah Wali Kota akan segera diperhatikan APD mereka.
Bantuan dari tim Satgas Nasional juga telah tiba di Kota Sorong beberapa hari lalu. Menurut Ruddy, bantuan APD dari pemerintah pusat wewenang distribusi oleh pihak Kodim 1802 Sorong. "Kami tidak tahu soal pendistribusiannya karena wewenangnya ada di Kodim," terang Ruddy.*