MULIA, wartaplus.com – Bupati Puncak Jaya, Yuni Wonda S.Sos, SIP, MM mengaku dipusingkan oleh masyarakat yang terus bertanya kepadanya terkait hak yang biasa diterima dan bersumber dari Dana Otonomi Khusus, kini berkurang bahkan menjadi tidak ada. Selaku Kepala daerah, Yuni menyayangkan rendahnya pemahaman masyarakat dan jajaran dibawahnya yang kurang proaktif untuk mensosialisasikan ke masyarakat terkait telah berkurangnya Dana Otsus ke daerah.
"Program dan kegiatan tahun 2020 tidak akan sama dengan tahun - tahun sebelumnya. Masalahnya adalah kegiatan kecil yang biasa kita programkan di dalam APBD terutama sekali untuk melayani dan memprioritaskan kepada Orang Asli Papua (OAP) itu sumber dananya dari dana Otsus Papua. Namun sesuai Perintah Bapak Gubernur Papua bahwa Otsus difokuskan untuk pagelaran PON XX yang akan diselenggarakan di Papua," ungkap Bupati Yuni beberapa waktu lalu.
Kurangnya pemahaman (soal pengurangan dana Otsus ke daerah) bukan hanya terjadi di ranah pemikiran segelintir masyarakat Puncak Jaya. Namun, Bupati mengakui masih ada oknum Kepala OPD yang masa bodoh dan malas tau untuk menjelaskan itu kepada masyarakat. "Masalah pemangkasan dana otsus harus habis di Kepala Distrik, Lurah dan Kepala OPD, mereka ini harus bisa menjelaskan karena mereka adalah abdi negara. Tapi semuanya diserahkan ke Bupati dan kita harus jelaskan berulang-ulang," kesal Yuni.
Dia menjelaskan, tahun ini masih ada transfer ke daerah yang bersumber dari dana Otsus. Namun itu diprioritaskan untuk membiayai sektor dasar yaitu pendidikan dengan mengucurkan beasiswa kepada Mahasiswa/mahasiswi asli Papua dan Puncak jaya di sejumlah kota studi dalam maupun luar Papua. “Karena pendidikan yang sedang ditempuh sedang berjalan dan tidak mungkin putus kuliah karena persoalan apapun,” tukasnya.
Demikian juga, lanjut Bupati Yuni, di sektor kesehatan, dirinya bersama Wakil Bupati Deinas Geley memprioritaskan pada pembiayaan pasien gawat darurat yang harus dirujuk ke Rumah Sakit di Kota untuk penanganan yang lebih intensif.
Kendati demikian, dirinya bersyukur bahwa meski tidak ikut langsung memeriahkan PON XX yang akan dihelat Oktober mendatang, namun Bupati Yuni karena komoditas lokal yaitu Kopi Mulia menjadi Brand sponsor PON XX Papua nanti. “Efek ini tentu dapat menjadi peluang emas memperkenalkan keunggulan daerah ke publik nasional,” pungkasnya.
Seperti diketahui, tersisa tujuh bulan perhelatan Pekan olahraga Nasional (PON)XX Papua akan digelar. Pesta olahraga bergengsi ini akan menjadi tonggak sejarah baru di bumi cenderawasih dan akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi seluruh mayarakat Papua. Dengan mengangkat slogan "Kitong Bisa" panitia berharap mampu mengangkat harkat dan martabat Orang Papua agar bisa percaya diri sehingga bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan daerah lain yang sudah maju.
Selalu ada dua sisi dari setiap kondisi tentunya. Perhelatan PON Papua XX nan megah dengan segala persiapannya, sudah menjadi konsumsi public bahwa menelan anggaran dan sumber daya yang tidak sedikit. Didapuk menjadi tuan rumah dilain sisi suka tidak suka mengharuskan Provinsi bahkan kabupaten kota di Papua ikut terpangkas anggarannya untuk menyukseskan pesta olahraga empat tahunan tersebut.
Dana Otsus Papua yang selama ini ditransfer kedaerah menjadi tulang punggung bagi beberapa kabupaten yang minim PAD bergantung pada aliran dana itu guna membiayai belanja strategis yang muaranya untuk pemberdayaan dan keberpihakan Orang Asli Papua (OAP). Akibatnya beberapa daerah harus putar otak untuk melakukan penyesuaian anggaran pendapatan dan belanja. Hal ini juga menjadi shock terapi sekaligus stimulus untuk kabupaten lebih kreatif dan serius mencari sumber pendapatan daerah mandiri.(Adv)