SORONG,wartaplus.com-Jika berbelanja ke pasar rutin dilakukan oleh sebagian masyarakat, maka perlu sesekali sensasi lain saat berbelanja ke pasar. Adalah Nibun Papua, salah satu penggagas berbelanja tak biasa di Pasar Remu.
Founder Nibun Papua, Hanna Kareth menuturkan berbelanja yang dinamakan "Pada Mama Papua" merupakan kegiatan berbelanja khusus ke Mama - Mama Asli Papua yang diadakan sebulan sekali. Selain berbelanja, peserta kegiatan Pada Mama Papua dapat melakukan tanya jawab seputar berbagai hasil jualan, olahan produk jualan dan tentunya berinteraksi dengan Mama-Mama asli Papua.
Perjalanan Pada Mama Papua dimulai sekitar pukul 08.00 WIT di Taman DEO Kota Sorong. Sebenarnya jadwal jam 07.30 WIT, tapi karena menunggu peserta lainnya, ada yang dari SP 4 alhasil saling toleransi perlu diperhatikan.Mengikuti program ini memang terbilang harus santai, sekitar 2 jam perlu Anda kosongkan ketika mengikuti program ini.
Sebelum menuju Pasar, Hanna menjelaskan singkat maksud dan tujuan program tersebut. Menurut Hanna, ini kali ketiga Pada Mama Papua digelar dengan peserta yang berbeda-beda.
Hanna menjelaskan bahwa tujuan kegiatan tersebut selain mengenalkan jualan Mama Asli Papua juga hendak memberdayakan Mama - Mama Papua agar jualannya laris manis oleh pembeli. "Memang benar ada beberapa Mama penjual yang terlihat keras atau mungkin marah ke pembeli kalau ada yang tawar menawar atau tidak jadi membeli. Tapi jangan dimasukan ke hati. Mereka suara keras saja, tapi hati mereka baik. Inilah PR Saya juga, nanti saat mendampingi Bapak/Ibu Saya yang akan jelaskan ke Mereka," ujar Hanna.
Perjalanan menuju Pasar diawali dari bagian belakang Pasar Remu kemudian menelusuri bagian sayap kanan hingga bagian depan.
Beruntung, kali ini Saya dan 4 kawan lainnya dimanjakan dengan aneka buah yang lagi musim saat ini. Ada langsat, rambutan, salak, hingga buah durian serta aneka sayur mayur khas jualan Mama Papua.
Membeli buah Merah dan Kasbi /Ola
Teman saya, Mas Dayu tertegun dengan salah satu buah khas Papua yaitu buah Merah. Berdialog dengan Hanna, buah Merah tersebut ternyata bisa dimasak dan dimakan seperti sayur. Penasaran dengan rasanya. Mas Dayu pun membeli sekaligus Kasbi (sebutan untuk singkong) dan mengundang saya untuk mencicipi sayuran tersebut esok harinya.
Perjalanan belum berakhir, kali ini betul saja ada seorang mama Papua yang marah saat Saya dan kawan lainnya, mendokumentasikan sejumlah jualan Mama Papua dan aktivitas Kami berbelanja.Dengan sigap, Hanna pun menjelaskan kepada Mama-Mama Papua tersebut maksud Kami mengambil gambar mereka. Akhirnya Mama-Mama tersebut paham dan memperbolehkan kami mengambil gambar mereka saat berjualan.
Perjalanan pun lanjut, kali ini ada banyak mama-mama dan nona Papua yang lagi bongkaran Langsat. Langsat asal Makbon terkenal sangat legit. Satu kantong plastik kecil dijual hanya Rp 10 ribu . Sedangkan satu basket atau keranjang cat 25 kilo dihargai Rp 100 hingga Rp 150 ribu.
Kami pun melanjutkan perjalanan, hingga saya menemukan penjual Tikus Tanah. Binatang yang sudah diasap itu dijual dengan harga varian tergantung ukuran, mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu rupiah. Mama penjual dan Hanna mengatakan bahwa daging tikus tanah sangat enak sekali dan biasa menjadi pengganti daging Babi, karena rasanya yang hampir serupa. Selanjutnya, kami pun mengakhiri perjalanan belanja pada Mama Papua dan berkumpul kembali di Taman DEO.
Disana kami bercerita pengalaman kami saat mengikuti tour singkat tersebut. Termasuk memamerkan hasil pembelian kami.Saya pun berhasil membawa pulang buah-buahan hasil kebun mama-mama Papua, ada langsat asal Makbon, ada rambutan Aceh asal Kilo Meter 14, Salak Pondoh asal Bambu Kuning Kilo Meter 12 dan durian asal kebun di Belakang Yohan. Sayangya, Saya gagal menemukan Sayur Lilin dan berharap tour berikutnya pada bulan depan, dapat menemukan Sayur Lilin yang terkenal kelezatannya dikalangan orang asli Papua.
"Memang ada beberapa sayur atau buah yang musiman. Seperti Sayur lilin, biasanya kalau musim hujan baru ada. Buah merah juga begitu. Beruntung kali ini, Kita bisa melihat banyak hasil kebun Mama Papua," terang Hanna.
Hanna berharap melalui Nibun Papua, generasi muda Papua lainnya bisa menjadi penggagas membantu memasarkan hasil jualan Mama Mama Papua kepada konsumen, termasuk delivery order atau pesan antar.
Hanna selain menjadi tour guide masuk ke Pasar Remu, juga baru mendapatkan satu unit sepeda motor dari open donasi yang digagas sejumlah komunitas literasi Sorong. Motor tersebut digunakan Hanna untuk berjualan dan mengenalkan buku bagi masyarakat. "Sukses terus Hanna, menginspirasi generasi lainnya," ujar Ayu salah satu peserta.*