BANJARMASIN,wartaplus.com-Jika ada pepatah yang mengatakan berada ditempat, waktu dan bersama orang yang tepat adalah keberuntungan. Namun, saya dapat membuktikan bahwa berada ditempat yang salah, waktu yang salah dan orang-orang yang salah menjadikan semua itu adalah sebuah keberuntungan dan percaya bahwa tidak ada hal yang mustahil jika Tuhan berkehendak.
Cerita ini bermula pekan lalu, Minggu (9/2) di Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Sebelum mengikuti kegiatan sarasehan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia. Saya bangun kesiangan, karena kelelahan luar biasa usai menempuh perjalanan 9 jam dari Sorong ke Banjarmasin.
Iya, saya berangkat dari Sorong pukul 13.00 WIT, menempuh perjalanan sekitat 2 jam menuju bandara Hasanudin Ujung Pandang. Sesampai disana sesuai jadwal, maka saya harus transit selama 4 jam. Disaat transit lama seperti itu, tidak memungkinkan untuk keluar bandara, maka lounge bandara adalah tujuan utama.
Di lounge bandara, saya hanya membayar Rp.115.000 dengan fasilitas, mengecas hp, makan minum sepuasnya, toilet dan musola. Menunggu 4 jam, akhirnya perjalanan ke Banjarmasin ditemput sekitar 1 jam dan tiba di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin.
Waktu itu sudah menunjukan pukul 21.00 WIB saat menelusuri koridor bandara, aroma debu bercampur cat sepertinya bandara ini baru usai dibangun atau direnovasi. Ingin cepat segera sampai ke hotel dan berisitirahat segera.
Saat pagi di Banjarmasin keinginan saya berpacu ke pasar Apung gagal karena telat bangun karenana lelahnya perjalanan Sorong-banjarmasin. Sejumlah teman-teman saya yang berbeda hotel terlihat mulai memposting keseruan mereka di pasar apung Martapura yang tersohor.
Waktu itu sudah pukul 8.00 WIB, tak mau kehilangan momen ke pasar Apung, bertanyalah saya ke recepsionis hotel, karena mereka adalah sumber informasi paling wahid jika kalian mau kesejumlah destinasi termasuk tempat berburu oleh-oleh.
Diberitahukannyalah ada pasar Apung juga ditengah kota, tidak jauh dari hotel. Naik ojek online atau ojol istilahnya, hanya Rp 9.000. Saya pun tidak berpikir lama dan meminta mbaknya memesankan ojol. Ojol pun tiba dan menuju lokasi yang bernama Menara Pandang. Jarak dari hotel ke pasar apung Menara plandang, tersebut tidak terlalu jauh hanya butuh waktu lima sampai 10 menit.
Setiba disana, bertepatan dengan Car Free Day (CFD) aktifitas pasar sangat ramai dan alhamdulillah perahu klotok bermuatan aneka buah-buahan dan jajanan pasar masih berjejer dipinggir dermaga.
Saya belum niat membeli karena masih ingin memotret sejumlah aktifitas disana. Kemudian tanpa disengaja, ada sebuah perahu klotok bermuatan sejumlah pria nampaknya hendak berlayar mengitari sungai. Lagi-lagi tanpa berpikir panjang, saya ijin ke pengemudi perahu Klotok untuk ikutan dan diperbolehkan.
Diatas perahu Klotok yang dikemudikan Pak Haji Kadir, kami mulai menelusuri sepanjang sungai Martapura. Ada sejumlah perumahan warga yang nampaknya sengaja dicat sesuai warna. Ada kampung Hijau dan kampung biru. Sepanjang perjalanan diatas sungai Martapura, tidak terlihat sampah limbah masyarakat. Hanya sejumlah eceng gondok dan limbah kayu yang masih terlihat dipermukaan sungai.
Takjub
Disepanjang sungai juga terlihat aktifitas warga yang menggunakan air sungai sebagai kebutuhan sehari-hari. Ada yang berenang, cuci piring, mandi bahkan mencuci pakaian menggunakan air sungai. Sejumlah rumah apung pun ada disebagian sungai tersebut. Rumah itu berdiri diatas tumpukan kayu yang diikat.
Masih takjub dengan keunikan warga disepanjang Sungai tersebut, seorang penumpang pria berbadan besar kemudian menyapa. Terjadilah tukar informasi tersebut dan yang menakjubkan adalah mereka bagian dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspempres). Mereka sengaja sebelum balik ke Jakarta, menikmati keseruan mengelilingi sungai Martapura menggunakan perahu klotok. Entah siapa nama-nama mereka, namun mereka menceritakan keseruan mereka bertugas sebagai bagian dari pengawal Presiden di republik ini.
"Kami bagian advan mbak, bagian yang bawa barang-barang milik Presiden. Nanti habis ini Kami balik ke Jakarta menggunakan Hercules pukul 6.00 WIB tanpa transit," ujar pria itu.
"6 jam pak, gak salah tuh, apa gak pegel tuh badan. Saya yangg dari Sorong ke Banjarmasin hampir 9 jam saja sudah dilanda lelah luar biasa,"tanyaku balik.
"Gak lah mbak namanya tugas jadi harus dilakoni. Meski kaki beradu dengan barang-barang, paling saat diatas langsung tidur,"ujarnya sambil tertawa.
Usai puas menelusuri sungai Martapura sekitar satu jam, akhirnya kami kembali ke Pasar Apung Menara Pandang.Sesampai disana, saat mau membayar, pria tersebut bilang, "Gak usah bayar mbak, tadi kami sudah sewa satu perahu ini," jelasnya.
Perasaan malu karena salah naik perahu dan terima kasih tak terhingga atas kejadian yang baru terjadi membuat saya bersyukur bahwa Tuhan sangat baik pada saya. Terima kasih Paspampres sudah membuat nyaman dan tentunya aman perjalanan saya menelusuri sungai Martapura.
Selain Paspampres, warga Banjarmasin juga terbilang ramah terhadap wisatawan. Mereka tak sungkan memberikan informasi kepada wisatawan saat berkunjung kesana. Terima kasih Banjarmasin atas keramahannya.*