BANJARMASIN, wartaplus.com-Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat dapat mempengaruhi industri media massa. Namun itu bukan sebuah halangan, melainkan tantangan bagi pekerja di industri media massa.
Pemimpin Redaksi Trans7 dan CNN Indonesia, Titin Rosmasari, mengatakan para pelaku industri harus mampu beradaptasi dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam industri 4.0, termasuk jurnalis perempuan.
"Inilah tantangan lain yang dirasakan industri
media. Lalu kita bisa apa. Jawabnya adalah kita pelaku industri media termasuk di dalamnya jurnalis perempuan harus mengikuti perubahan yang sedang terjadi. Kita butuh minimal 4 keterampilan khusus yaitu critical thingking, creativity, communication dan collaboration," terang Titin Rosmasari saat menjadi pembicara utama dalam Sarasehan Jurnalis Perempuan Indonesia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (09/02).
Titin juga mengisahkan tantangan dirinya yang kini berusia 50 tahun dalam menghadapi milenial generasi Z. Banyak perubahan pola pikir, kreatifitas dalam menghidupkan industri media massa, termasuk kolaborasi baik dengan berbagai pihak dan mitra.
"Semua berubah, teknologi berubah, kebijakan berubah, kita juga harus berubah, kita dituntut untuk berubah dan memiliki keterampilan lebih dimasa digitalisasi seperti saat ini," imbuhnya.
Padahal menurut Titin, seharusnya Perempuan dalam bekerja lebih unggul daripada laki-laki karena perempuan memiliki kelebihan verbal, multi tasking, ekpresif dan memiliki empathy yang tinggi.
Menjadi salah satu Pimpinan redaksi Perempuan, Titin pun mengakui bahwa pekerja pers perempuan diruang redaksi Trans 7 maupun CNN Indonesia pada saat penerimaan antara 60 - 50 dengan pekerja laki-laki.
Namun setelah berjalan saat ini hanya tersisa sekitar 20 persen karena pekerja perempuan yang bertahan di industri Pers juga tidak banyak, dengan berbagai alasan.
Oleh karena itu, Titin berharap melalui Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) terjadi kolaborasi-kolaborasi baik antara sesama jurnalis perempuan sehingga tidak tergerus dengan rutinitas dan dapat menghadapi tantangan di era 4.0.*