TANAH MERAH - Meningkatkan perekonomian warga di Kabupaten Boven Digoel, Papua hingga mencapai taraf hidup sejahtera bukanlah hal mudah. Apalagi warga yang hidup di perkampungan jauh dari Ibu Kota Boven Digoel, seperti bagai mimpi di siang hari.
Tantangan ini malah menggerakan Benediktus Tambonop, sang pemimpin Boven Digoel untuk mewujudkan mimpi tersebut. Selama 4 tahun telah dilakoninya untuk mencapai tujuan yang besar tersebut.
“Harus ada satu tujuan yang besar. Untuk menuju tujuan yang besar, hal-hal kecil yang menjadi mimpi masyarakat harus dipenuhi semua, jalan menjadi mulus. Jalan ini (Pemerintah) pusat yang membangun karena kemampuan kita dalam membangun tidak ada. Anggaran kita kurang,” kata Bupati Benediktus dalam suatu wawancara di Tanah Merah, Ibu Kota Kabupaten Boven Digoel.
Sambang Kampung
Sambang kampung, menurut Bupati, menjadi salah satu kunci dalam mewujudkan mimpi masyarakat. Sebab, langkah ini dapat merasakan kehidupan dan kesulitan masyarakat di perkampungan.
“Datang, lihat, dengar, rasakan. Dalam pengambilan keputusan bisa mendekati sasaran, kalau bisa yah tepat sasaran. Yang kurang, kadang-kadang merasakan, nah bagian jalan ini merasakan,” tuturnya.
Selama menjalani sambang kampung, Bupati Benediktus mengaku telah menikmatinya. Padahal jarak yang ditempuh cukup jauh hingga memakan berhari-hari perjalanan darat dan tanpa kendaraan.
“Saya tidak pernah menyesal melakukan perjalanan-perjalanan, menyesal dalam artian wah ini capek bikin apa capek- capek. Saya menaruh pada diri saya sendiri, saya harus capek agar bisa merasakan. Saya akan bikin jalan dengan cara saya, itu utang saya,” tuturnya
Menurut dia, sudah seratusan kampung telah disambangi selama menjabat sebagai Bupati Boven Digoel. Kini menyisahkan 11 kampung yang harus disambangi dalam tahun terakhir menjadi pemimpin di negeri tersebut.
“Sebenarnya tahun ini rampug, tetapi karena situasi dan kondisi serta panggilan dari luar dan jadwal-jadwal padat dari luar, kadang kita agak susah mengatur. Harusnya kita jalan ke kampung sekian puluh kali, bukan sepuluh hari saja, karena ada kampung yang harus ditempuh tiga hari. Tiba di kampung satu, menginap, kemudian ke kampung satu, baru ke kampung satu,” tuturnya.
Dia menginginkan sambang kampung ini dapat menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat bahwa negara hadir untuk mereka. “ Negara ada dan mengurus mereka. Misalnya ada kampung lebih jauh dari Ngibit, dua hari perjalanan. Tetapi itulah anehnya saya tidak merasa capek,” katanya.
Tidak Pernah Disentuh
Bupati bercerita saat mengunjungi perkampung di wilayah Perbatasan RI-PNG. Kampung itu dihuni oleh 40 Kepala Keluarga yang kini telah menjadi warga negara Indonesia, namun tidak pernah disentuh oleh para pemimpin daerah terdahulunya.
“Disitu yang tidak terpikir, mereka kok bisa menjadi warga negara indonesia. Terus dibiarkan begitu saja, tidak pernah tersentuh oleh satu pun bupati, tidak pernah datang ke sana, kalau beberapa camat seringlah,” tuturnya.
Seharusnya, menurut Bupati Benediktus, pemimpin datang melihat warganya di perbatasan untuk memberitahukan adanya Pemerintahan yang dapat membawa harapan bagi mereka.
“Harapan untuk hidup seperti apa saja, seperti orang lain mendapatkan pelayanan ini, itu. Kalian tidak tinggal di bukit (kampung) dengan kondisi, situasi seperti ini,” ucapnya sembari sedih.
Dia pun tak bisa membayangkan susahnya hidup di perkampungan di perbatasan. Hal ini yang menjadi alasan Pemerintah Boven Digoel dalam kepemimpinan Bupati Benediktus membangun heliped.
“Pikul barang ke situ, ongkos pikul beras satu karung Rp1 juta. Ongkos pikul lebih mahal dari harga beras di buken. Kalian tidak merasa diabaikan, ditinggalkan, makanya saya bangun helipad di sana. Kemarin kalau saya tidak sakit, pulang. Kita mau ke situ pakai helikopter,” katanya.
Bupati Benediktus pun sangat menginginkan `perekonomian masyarakat di Boven Digoel dapat meningkat, sehingga generasi muda mendapatkan pendidikan yang lebih baik. “Kalau orang tuanya punya pendapat, anaknya pasti beda, baik dari kesigapan, kecerdasan. Dia beda dengan anak-anak lainnya,” tuturnya.
Dia pun akan berupaya mendorong masyarakat di Perbatasan memiliki kehidupan yang lebih melalui pendapatan yang cukup, sehingga akan melahirkan generasi penerus yang hebat ke depannya.
Pekerjaan Rumah
Hal ini juga menjadi tantangan dan PR (Pekerjaan Rumah) bagi pemimpin Boven Digoel 5 tahun ke depan.
“Kita dorong kalau ada 40 KK tadi, ya bisa lah 16 KK yang notabene adalah petugas pemerintah di kampung harus memiliki sumber pendapatan yang baik. Lalu kita tambah-tambah dari unsur di luar, misalnya petugas gereja, guru, tutor, petugas posyandu. Yang penting sumber pendapatan yang baik, saya yakin generasi Papua yang hebat akan lahir di Boven Digoel,” katanya. **