JAYAPURA -Atlet Papua yang dipersiapkan untuk PON XX dari cabang olahraga atletik, sepak bola, taekwondo, pencak silat, futsal, Pabsi dan gulat menggelar aksi demo di Kantor DPR Papua, Jumat (13/12). Saat bertemu dengan Ketua DPR sementara, Jhon Banua Rouw, para atlet tersebut menyuarakan delapan tuntutan.
Delapan tuntutan tersebut diantaranya masalah tempat latihan, perlengkapan dan peralatan latihan, suplemen dan obat-obatan, uang saku atlet dan pelatih, kejelasan bonus atlet pelatih dan asisten, Tunjangan Hari Raya, dan meminta penjelasan dari KONI terkait atlet yang dikontrak dan atlet di Papua.
"Atlet Papua semua punya misi yang sama dengan atlet kontrak untuk meraih medali emas, tapi kenapa atlet kontrak mendapat fasilitas yang lebih baik dari atlet Papua. Kami semua atlet sama, tujuan kami meraih medali emas untuk Papua pada PON XX di Papua," ujar Gatot, koordinator demo.
"Kami butuh transparan dari KONI Papua dan perlu perlu ada evaluasi, karena kami sudah lima bulan jalani pemusatan latihan, belum ada evaluasi," tambah atlet dari cabor Binaraga Papua itu.
Hal senada juga disampaikan atlet tolak peluru, Finsen Sroyer bahwa kesiapan PON XX kacau balau, karena tempat latihan di Buper Waena dilarang oleh pihak IPDN.
"Kami tidak bisa latihan, karena tidak diberikan ijin oleh pihak IPDN, kami kecewa uang saku yang diberikan pun kami pakai biaya taksi pergi latihan, termasuk penginapan juga satu kamar 4 orang," bebernya.
Sementara itu, Penina Nanlohi pelatih Tinju Papua membeberkan jika dirinya dan lima atlet tinju dipanggil KONI Papua sejak bulan Januari ke Jayapura. Namun, Penina pertanyakan sikap KONI maupun Pertina jika atletnya tidak dipakai untuk membela Papua di PON.
"Kenapa tidak ada penjelasan, seperti anak-anak asli Papua tidak dihargai, sementara atlet kontrak dibuat istimewa, padahal, jika dilakukan uji tanding, belum tentu atlet kontrak lebih baik dari atlet Papua," pungkasnya.*