JAYAPURA-Dinamika perekonomian yang telah terjadi sepanjang 2019 dan beberapa faktor yang berpotensi memberikan pengaruh pada perekonomian Papua, secara keseluruhan membuat perekonomian Papua pada tahun 2019 diperkirakan terkontraksi sebesar -14,3 hingga -13,9 persen. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang sebesar 7,33 persen (year-on-year).
Diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua, Naek Tigor Sinaga, secara umum kontraksi perekonomian Papua pada tahun 2019 dipicu oleh penurunan produksi tambang secara signifikan. "Penurunan tersebut terjadi akibat transisi pertambangan terbuka Grasberg di Kabupaten Mimika ke tambang bawah tanah," ujarnya, Kamis (5/12).
Tak hanya itu, ditengah pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh stabil, pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan III 2019 juga mengalami kontraksi namun tidak sedalam kontraksi triwulan sebelumnya. "Pertumbuhan ekonomi Papua terkontraksi sebesar -15,11 persen (yoy), tidak sedalam triwulan II 2019 yang terkontraksi sebesar -23,98 persen (yoy)," jelasnya.
Sementara itu, pertumbuhan tersebut justru lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang sebesar 5,02 persen."Jika tanpa memperhitungkan kinerja LU pertambangan dan penggalian, perekonomian Papua pada triwulan III 2019 sebesar 4,65 persen (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II 2019 sebesar 5,72 persen. Secara umum, kontraksi pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan III 2019 disebabkan oleh penurunan kinerja LU pertambangan serta LU pertanian, kehutanan dan perikanan," pungkasnya.*