SORONG-Seorang anak di Kota Sorong yang diketahui berinisial MS berusia 4 tahun dinyatakan meninggal usai mendapatkan perawatan di salah satu Rumah Sakit di Sorong Barat, Kota Sorong, Papua Barat pada Minggu (20/10) akibat positif Difteri. Kepala Dinas Kesehatan Kota Sorong, Hermanus Kalasuat, yang dikonfirmasi membenarkan bahwa beberapa hari lalu ada 1 orang anak yang diduga meninggal dunia akibat penyakit Difteri.
"Anak yang meninggal diduga karena difteri ini, tinggal di daerah kampung baru distrik Sorong Barat. Sebelum meninggal, petugas kami sudah mendatangi anak tersebut, mengecek kasus dan melakukan intervensi dengan memberikan obat Anti Difteri Serum (ADS), namun sayangnya sudah terlambat," terangnya.
Ia mengatakan, berdasarkan hasil investigasi dan pemeriksaan dari buku imunisasi anak yang meninggal diduga karena difteri. Dimana imunisasi anak tersebut tidak full atau tidak lengkap. Hal ini yang mengakibatkan kondisi anak tersebut dengan mudah terserang difteri dan meninggal dunia.
"Kami sudah kirim sampel anak yang meninggal ke Surabaya dan dari hasil memang positif difteri," tambahnya.
Selain itu, juga ditemukan lagi kasus suspect difteri pada anak di wilayah Kota Sorong. Namun anak tersebut telah di intervensi dan saat ini tengah menjalani perawatan intensif di RS Kasih Herlina.
"Petugas kami sudah melakukan intervensi dengan memberikan obat ADS. Berdasarkan status imunisasi, anak yang suspect difteri dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit Herlina itu lengkap. Kami sudah mengecek dan kondisi anak yang diduga suspect difteri ini sudah agak membaik," terangnya.
Saat ini petugas kesehatan di seluruh Puskesmas berusaha masuk ke sekolah-sekolah untuk memberikan vaksin difteri kepada anak-anak, agar bisa terhindar dari penyakit mematikan itu.
Imunisasi tersebut sebagai sarana pencegahan terbaik agar anak-anak terhindar dari penyakit difteri terutama mulai 0-12 bulan. Karena difteri tergolong penyakit menular berbahaya dan berpotensi mengancam jiwa, namun bisa dicegah melalui imunisasi.
Difteri disebabkan oleh bakteri bernama Corynebacterium diphtheria, yang dapat menyebar dari orang ke orang. Dimana Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga bisa terjadi melalui benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita, seperti gelas dan sendok.
Difteri dapat dialami oleh siapa saja. Namun, risiko terserang difteri akan lebih tinggi bila tidak mendapat vaksin difteri secara lengkap. Selain itu, difteri juga lebih berisiko terjadi pada orang yang hidup di area padat penduduk atau buruk kebersihannya.
Masih menurutnya, bahwa gejala difteri seperti sakit tenggorokan, suara serak, batuk, pilek, demam. Kemudian menggigil, lemas dan muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
"Untuk pencegahan difteri dapat dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu pemberian vaksin difteri yang dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis). Imunisasi DPT termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak. Pemberian vaksin ini dilakukan pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, serta pada usia 5 tahun,"pungkas Kadis Kesehatan Kota Sorong.
Difteri merupakan infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan. Meskipun tidak menimbulkan gejala, penyakit ini biasanya ditandai dengan munculnya selaput abu-abu yang melapisi tenggorokan dan amandel.*