JAYAPURA-Bupati Kabupaten Puncak Willem Wandik, mengungkapkan dampak kerugian dari aksi kontak senjata antara KSB dan TNI/Polri yang berujung pada pembakaran gedung sekolah, rumah warga di Ilaga mencapai Rp 50 miliar. Demikian hal tersebut disampaikan dalam rillis yang diterima wartaplus.com, Selasa (8/10) pagi
Ia pun menjelaskan aksi pembakaran puluhan rumah yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata terjadi pada 29 September pekan lalu di kampung Kimak, Tagaloa, dan kampung kalebur, Distrik Ilaga.
"Gedung Sekolah Dasar (SD) Inpres Tagaloa dan lima unit rumah guru dibakar, Sementara rumah warga mencapai 17 unit rumah sekaligus dijarah isinya,karena hampir rata rata rumah warga ini memiliki kios. Sementara itu untuk kejadian di distrik Gome, lanjut Bupati ada beberapa honai milik warga yang ikut juga terbakar," terangnya.
Willem Wandik,saat memantau lokasi korban kebakaran oleh KSB menjelaskan, kerugian yang di alami mencapai hingga Rp 50 miliar.
"Di Ilaga saja mencapai 24 rumah,sudah termasuk 1 SD dan rumah guru yang dibakar,termasuk di Gome,mencapai Rp.50 miliar,"ungkap Bupati Puncak
Ia pun berharap adanya bantuan pemerintah baik tingkat provinsi maupun pusat untuk membangun kembali hunian warga yang menjadi korban dari aksi keji kelompok kriminal bersenjata.
"Kami butuh shearing dana antara kabupaten, pusat dan provinsi untuk membantu kita keluar dari perosoalan ini, terutama untuk membangung kembali rumah yang sudah terbakar ini,"tambahnya.
Bupati sangat menyayangkan aksi dari KSB, yang membakar gedung sekolah,sebab baginya sekolah harusnya dijaga,karena lewat sekolah dapat mendidik anak- anak generasi Kabupaten Puncak. Masa depan Puncak ada melalui sekolah.
"Perjuangan model apa ini, harusnya sekolah dijaga,ini tempat mendidikan generasi mada depan Puncak. Saya harap ini kejadian yang pertama dan terakhir di Puncak,"tegasnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SD Inpres Tagaloa, Yance Kogoya juga mengaku sedih, karena sekolah yang dipimpinnya tersebut merupakan sekolah rujukan terbaik di Kabupaten Puncak, memiliki 300 lebih murid terhitung dari kelas 1 sampai kelas 6.
"Adoh saya sedih sekali, anak anak murid jadi korban, teman-teman guru jadi takut ada yang mengungsi ke Timika, terpaksa sekolah kami kasih libur sementara sampai kondisi benar benar kondusif baru kami lanjutkan sekolah,"ungkapnya.*