JAYAPURA – Gubernur Papua, Lukas Enembe meminta mahasiswa eksodus untuk tidak melakukan provokasi terhadap mahasiswa yang tengah menempuh studi di Papua khususnya di sejumlah perguruan tinggi yang ada di Kota Jayapura.
Hal ini ditegaskannya menyusul dibukanya posko oleh mahasiswa Uncen, untuk menampung mahasiswa eksodus di kampus bawah Universitas Cenderawasih, Senin (23/9). Posko ini kemudian dibubarkan oleh aparat keamanan, karena dianggap akan mengganggu aktivitas belajar mengajar di kampus tersebut. Karena dibubarkan, hal inilah yang memicu terjadinya ketegangan antara mahasiswa dengan aparat keamanan. Saat ratusan mahasiswa eksodus diantar kembali ke asrama di kawasan Ekspo Waena, justru mereka melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan sehingga bentrok pun tak dapat dihindarkan
“Mahasiswa kita yang eksodus dari sejumlah kota studi menduduki uncen, dan sekarang polisi sudah mengamankan. Tapi saat pulang terjadi bentrok dengan anggota TNI/Polri di wilayah Ekspo Waena. Informasi akibat kejadian ini ada anggota TNI meninggal dan 4 orang terluka. Dari segi masyarakat juga informasi ada korban, kami belum tau berapa banyak tapi ada yang luka-luka,”ungkap Gubernur saat memberikan keterangan pers di Gedung Negara Dok V Jayapura, Senin (23/9) siang
Gubernur menyesalkan terjadinya insiden ini. Dia bahkan meminta dengan tegas agar mahasiswa eksodus tidak terus melakukan provokasi untuk mengacaukan Papua
“Kepada mahasiswa di seluruh Papua yang sudah pulang dari pulau jawa maupun kota studi lain di Indonesia, saya sudah menyurat kepada mereka untuk ketemu saya. Apa yang mereka mau, tapi mereka belum bisa ketemu kami dan berdampak pada kejadian hari ini,” keluh Gubernur
Di kesempatan itu, Gubernur juga meminta mahasiswa baik eksodus maupun mahasiswa di Papua untuk menghentikan semua kegiatan yang bersifat kriminal (kejahatan) dan mengganggu keamanan ketertiban di masyarakat.
"Saudara (mahasiswa) hentikan seluruh kegiatan yang berbau kejahatan. Kalau kamu mau sekolah, kembali ke tempat studi kalau, daerah itu dianggap aman," tegas Gubernur.
Untuk kembali ke kota studi, Gubernur menegaskan pemerintah Papua telah menyiapkan transportasi
“Jangan datang ke sini mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat Papua, dengan jargon-jargon tertentu (referendum, Papua merdeka),” seru Gubernur.
“Untuk mahasiswa, pelajar di Papua jangan terpengaruh dengan keinginan mahasiswa eksodus yang berdampak pada gangguan studi dan tempat belajar. Siswa jangan terganggu dengan gangguan siapapun termasuk mahasiswa yang eksodus,"serunya lagi
Gubernur mengatakan, aparat keamanan pasti akan bertindak tegas, bagi siapa saja yang telah menganggu aktivitas pemerintahan, pelayanan public seperti melakukan pembakaran maupun pemblokiran ruas jalan
"Saya minta semua di hentikan!, saya tegas bicara, saudara tidak mau ketemu gubernur, tapi dengan tindakan begini tidak akan anda diampuni. Saudara harus sadar itu, Ini kami tegas bicara, kami siap pulangkan kalian ke kota studi," tegasnya
Gubernur mengaku, para mahasiswa eksodus ini sebagian besar tidak melapor ke kepala daerah .
“Jangan dengan tujuan tertentu datang kembali ke Papua, apalagi bicara Papua Merdeka, itu percuma !, Papua dalam NKRI itu, itu sudah final persoalan sudah selesai, jangan kalian mau jadi jadi korban dengan harapan bicara kemerdekaan. Itu sudah final," tandasnya
Seperti diketahui, sebanyak 2.047 mahasiswa asal Papua telah kembali dari sejumlah kota studi di Indonesia menyusul insiden rasisme di Surabaya.**