MANOKWARI-Lagi-lagi sekitar ratusan massa yang tergabung antara mahasiswa dan masyarakat sipil lakukan aksi demonstrasi damai di jalan gunung Salju Amban, kabupaten Manokwari, Papua Barat, Jumat (6/9) pagi sekitar pukul 09.00 WIT hingga pukul 12.49 WIT massa bubar.
Aksi demo damai itu masih kaitan dengan kata rasisme yang menyingung dan menyakiti hati rakyat Papua di Surabaya dan Malang di Provinsi Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Massa juga lakukan orasi tentang Papua merdeka, termasuk orasi menyampaikan tentang kekerasan HAM di tanah Papua.
Aparat kepolisian yang sedang berjaga-jaga/Alberth
Satu dari orator massa dengan berpakaian baju berwarna coklat lengan putus, dan mengikat daun di lengan kiri dan kanan. Terlihat menggunakan gelang tangan bercorak bintang kejora, mengenakan topi rimba, kacamata riben sambil berorasi.
Pantauan langsung terlihat dan terdengar orator tersebut tidak sampaikan orasi yang sejatinya mahasiswa. Namun menggunakan kata-kata makian kepada aparat kepolisian yang sedang bersiaga. Namun aparat tetap tenang dan berjaga-jaga. Teriakan Papua merdeka pun mereka tunjukan dihadapan aparat kepolisian
Tampak sudah 5 kali negoisasi dilakukan oleh penghubung massa dengan Kapolres Manokwari, AKBP Adam Erwindi, Dansat Brimobda Polda Papua Barat Kombes Pol G.C Mansnembra.
Negosiasi dilakukan tetapi polisi pada prinsip tidak ijinkan massa longmarsh ke lapangan Borasi Manokwari, sebab pertimbangan polisi tentang keamanan.
Dengan demikian massa tetap dibarikade massa kurang lebih 50 meter jarak massa dan polisi. Bahkan massa ancam melawan polisi kalau tidak diijinkan jalan.
Salah satu politisi pejuang Papua merdeka yang dikenal Gubernur WPNA di Manokwari, Markus Yenu juga hadir ditengah kerumunan massa dan lakukan orasi tentang sejarah Papua. Yenu juga klaim bahwa pada tanggal 16 September masalah Papua akan dibahas di PBB.
Setelah massa orasi dan akhir dari semuanya itu, massa berkumpul untuk berdoa. Doa itu langsung dipimpin oleh pendeta Musa Opur. Setelah itu massa pun membubarkan diri secara tertib aman dan kondusif.
Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Herry Rudolf Nahak kepada wartawan, Jumat, di tempat demo mengatakan, polisi tidak akan ijinkan massa untuk longmarsh.
"Apapun alasannya massa tidak diijinkan, sebab tujuan demonstrasi mereka tidak jelas dan siapa yang bertanggung jawab pun tidak jelas," tegas Kapolda.*