SURABAYA-Gubernur Papua, Lukas Enembe dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa akhirnya menemui mahasiswa Papua di Asrama Kalasan, Kota Surabaya, Selasa (27/8) kemarin. Sayangnya, kunjungan kedua pemimpin daerah itu, mendapat penolakan oleh mahasiswa.
Bahkan situasi dikabarkan sempat memanas saat mahasiswa melempari Gubernur dan rombongan dengan pasir dan tanah dari dalam asrama. Akibatnya Gubernur dan rombongan memilih untuk tidak bertemu mahasiswa
Dalam siaran persnya, Gubernur Lukas Enembe menyayangkan sikap mahasiswa atas penolakan tersebut.
Dia menilai adanya penolakan mahasiswa itu dikarenakan kurangnya koordinasi yang baik dengan mahasiswa terkait kunjungan mereka
"Ini mungkin terlalu emosi, atau terlalu cepat kita datang, sehingga kita akan reschedule (agendakan kembali). Saya akan agendakan kembali untuk tim saya datang ke sana (asrama mahasiwa Papua Surabaya). Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk kami ke sana, sehingga perlu untuk diagendakan kembali,”katanya
Ditanya soal jumlah penghuni mahasiswa di asrama mahasiswa Kalasan, Gubernur mengaku tidak memiliki data yang pasti, namun diperkirakan mencapai 60 orang yang berada di dalam asrama tersebut. Dirinya pun tak dapat memastikan apakah di dalam asrama tersebut semuanya berstatus mahasiswa atau tidak.
“Namun, yang jelas, sebagai kepala daerah, saya kecewa dengan sikap mereka yang seperti itu. Kalau mau bicara merdeka atau referendum itu bukan urusan dengan gubernur, melainkan dengan pemerintah pusat," ucapnya
Gubernur juga mengaku telah melaporkan masalah ini kepada Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Negara.
"Perihal ini, sudah menjadi urusan kepala negara. Namun, yang jelas, Papua tetap bagian dari Indonesia,” tegasnya.
Sebelum bertemu mahasiswa, Gubernur yang didampingi ibu Yulce Enembe, Ketua DPRP, Yunus Wonda, Ketua MRP, Thimotius Murib, Sekda Papua, Hery Dosinaen dan staf Pemprov Papua melakukan pertemua dengan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansah didampingi Wagub, Emil Dardak dan jajaran Pemprov setempat di Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya.
Gubernur Papua, Lukas Enembe dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa saat memberikan keterangan pers/Istimewa
Dalam pertemuan tersebut, Gubernur Enembe mengharapkan kehadirannya bisa sedikit menyejukkan situasi, sehingga tidak banyak terjadi demonstrasi di berbagai daerah.
“Dari teman-teman DPR mereka sudah datang duluan, tapi tetap tidak diterima. Saya sendiri tidak tahu apakah akan diterima atau tidak. Kalau mereka tidak mau terima, besok saya rencana akan bikin acara adat bakar batu di lingkungan asrama. Kalau mau mereka keluar, harus secara adat, dalam hal ini bakar batu. Secara adat memang begitu,” jelas Lukas Enembe
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, sendiri siap jikalau kemudian secara adat acara bakar batu mesti dilakukan. Pasalnya, anak-anak di Jawa Timur tentunya termasuk pula anak-anak dari Papua dan Papua Barat.
“Kami semua selama ini membangun komunikasi, yang mana rasanya sudah sangat dekat, sangat baik. Bahkan jikalau ada format yang lebih baik lagi, dengan sukacita, anak-anak kami di Jatim haruslah mereka merasa aman, nyaman, dan terlindungi, baik saat mereka menimba ilmu maupun bekerja,” jelas Khofifah Indar Parawansa.
Di kesempatan itu, Gubernur Khofifah kembali menyampaikan permohonan maafnya, sebagaimana yang telah disampaikannya di awal peristiwa tersebut terjadi. “Seperti yang sudah kami sampaikan permohonan maaf kami kepada Pak Gubernur Papua, yang mana ini adalah insiden personal yang sama sekali tidak mewakili suara masyarakat Jawa Timur,” ucapnya.*