JAYAPURA - Di tengah semarak perayaan peristiwa historis deklarasi kemerdekaan Indonesia ke-74, publik kembali dihebohkan oleh penggalan video berisi ceramah Ustad Abdul Somad (UAS) yang mengolok-olok Salib dan sosok Tuhan Yesus Kristus yang tergantung pada Salib tersebut.
Ceramah yang berisi olok-olok itu seperti sebuah antitesis dari peristiwa bersejarah 74 tahun silam ketika semua golongan menyatu untuk kemerdekaan karena isi ceramah itu justru berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Juventus Prima Yoris Kago menegaskan, sebagai salah satu tokoh agama Islam terpandang di Indonesia, UAS seharusnya menjadi terang yang menerangi jalan perjuangan bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan dan garam yang memberikan rasa bagi hidup bersama di tengah keberagaman yang ada.
"Alih-alih menjadi inspirator bagi kehidupan bersama yang baik, UAS malah menjadi provokator yang sangat mungkin merusak rasa persatuan yang selama ini diperjuangkan, dirajut, oleh setiap anak bangsa," tegas Kago, Minggu (18/8).
Ia menambahkan, terkait pernyataan UAS tentang Salib sebagai “jin kafir” itu sangat tidak pantas keluar dari seorang pemuka Islam terpandang di negeri ini yang mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri.
"UAS terlalu jauh membicarakan apa yang dia sendiri tidak paham teologi Katolik tentang salib, tentang sengsara dan wafat Yesus di salib, tentang keselamatan! Ketidakpahaman itu akhirnya membuat dirinya menyebut sosok yang tersalib sebagai jin kafir. Itu jelas menghina karena sosok yang tersalib itu adalah Tuhan Yesus Kristus, Tuhan yang diimani oleh umat Katolik," tekannya.
"Sebagai seorang terpelajar, UAS sama sekali tidak mencerminkan intelektualitasnya dalam pernyataan itu mengingat seorang terpelajar tidak akan merendahkan martabat intelektualnya dengan merendahkan keyakinan orang lain," sambungnya.
Pengurus Pusat PMKRI juga melayangkan lima poin pernyataan sikap, yang isinya antara lain:
Pertama, pernyataan UAS tentang Salib dan jin kafir itu merupakan bentuk kekeliruan dan kebodohan besar karena dia tidak paham dasar teologis dari Salib dan Keilahian Yesus Kristus tetapi berani menyebut itu sebagai bahan olok-olokan.
Kedua, pernyataan UAS itu berpotensi merusak rasa persatuan di tengah masyarakat mengingat hampir semua umat beragama yang ada di Indonesia adalah warga negara Indonesia.
"Ketiga, oleh karena itu, kami meminta agar UAS secara terbuka dan tulus menyampaikan permohonan maafnya kepada umat Katolik yang terlukai perasaannya karena pernyataan bodoh itu,"tegas Kago
Keempat, mengimbau kepada seluruh umat Katolik untuk tidak terprovokasi dengan pernyataan UAS itu dan tetap menjaga persatuan di tengah keberagaman yang ada.
Kelima, mengimbau kepada para pemuka agama untuk mengedepankan rasa persatuan daripada provokasi perpecahan. Para pemuka agama harus menjadi suri tauladan dan edukator bagi umat dan masyarakat.**