MANOKWARI- Gerakkan Mahasiswa dan Rakyat Papua (Gempar) di Manokwari, Provinsi Papua Barat menolak program transmigrasi dan tolak Undang-undang otsus Plus di Papua, sebab Papua bukan tanah kosong.
Bentuk penolakan itu disampaikan Gempar melalui aksi demo damai di depan halaman gedung Dewan Adat Papua di Jalan Pahlawan, kabupaten Manokwari pada Jumat (9/8).
Koordinator aksi lapangan, Yonathan Wamnoy dalam orasinya menyampaikan bahwa Papua bukan tanah kosong, maka semua orang perlu diketahui apa yang menjadi objek orasi ini. Sekali lagi dia tegaskan bahwa Papua bukanlah tanah kosong.
"Kami tidak mau ada lagi ada non Papua miskin dari luar Papua yang datang ke Papua untuk merampas hak ekonomi kami, kami juga menolak maraknya perusahaan kelapa sawit yg merusak hutan adat kami. Sudah cukup masyarakat adat asli Papua hidup menderita diatas tanahnya sendiri. Kami ingatkan kepada dinas Dukcapil untuk tidak sembarangan mengeluarkan KTP bagi pendatang baru yang masuk ke Papua" tegas Yonathan.
Meskipun hanya 10 orang yang melakukan aksi tersebut, tetapi orasi mereka untuk mewakili dan menyuarakan aspirasi seluruh rakyat asli Papua. Dalam aksi itu massa tidak hanya berorasi, namun mereka ikut membentangkan spanduk hingga pamflet.
Di mana salah satunya adalah spanduk bertuliskan 'Papua bukan tanah kosong. Tuntutan aspirasi lainnya menurut Timotius Daud Yelimolo bahwa menolak dengan tegas program transmigrasi, menolak perusahaan kelapa Sawit dan menolak undang-undang otsus plus di tanah Papua.
Setelah berorasi dan membacakan aspirasi, massa kemudian membubarkan diri secara tertib. **