Festival Biak Munara Tampilkan Perahu Mansusu dan Wairon Sebagai Sejarah Budaya Biak

Atraksi perahu Mansusu dan Wairon di perairan BMJ Biak melalui Festival Biak Munara Wampasi, Rabu (4/7))/Alberth

BIAK- Sebanyak 13 perahu tradisional masyarakat adat Biak yang terdiri dari perahu Mansusu dan Wairon mengikuti tradisi atraksi dayung perahu tradisional di perairan BMJ Sorido, Kabupaten Biak Numfor. 

Atraksi dayung itu untuk meriahkan festival Biak Munara Wampasi (BMW) tahun 2019. Perahu Wairon yang disebut-sebut juga sebagai perahu dagang oleh masyarakat Biak adalah salah persepsi dan di pengaruhi juga dengan bacaan literatur Belanda.

Kepada wartawan, Rabu (3/7) sore, budayawan Biak Numfor, Hosea Mirino mengatakan, perahu dayung Wairon biasa digunakan untuk berdagang juga bisa untuk perang.

Menurut Hosea, dua jenis perahu itu sebagai bentuk sejarah perang suku Byak untuk mengalahkan musuh dan memperebutkan kembali kemenangan.

Sedangkan yang di maksud dengan perahu Mansusu adalah perahu yang memiliki dua muka haluan yaitu didepan dan belakang sebagai multi fungsi.

Peserta atraksi perahu tradisional ini dilepas oleh Bupati Biak Numfor melalui Asisten I Bidang Pemerintahan Setda Biak Numfor, Friets G. Senandi menggunakan perahu longboat Inov milik komunitas anak pencinta air Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat.

Friets menjelaskan, cintailah budaya Biak, sebab ini adalah bentuk sejarah anak-anak Biak. Bahkan tidak perlu heran karena orang Biak ada dimana-mana sejak dahulu, misalnya orang Biak ada di daerah Ternate dan rata-rata pesisir belahan dunia ini ada orang Biak.

Kemudian perahu dayung tradisional Biak juga dilihat dari motif ukirannya sesuai haluan kiri dan kanan. "Jadi dua jenis perahu dayung ini sebagai multi fungsi, misalnya bisa digunakan untuk perang melawan musuh, berdagang dan untuk melaut," katanya.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor, Honi Dangehubun juga mengutarakan bahwa atraksi perahu tradisional ini dilaksanakan sesuai dengan sejarah budaya adat orang Biak.

Oleh karena itu, atraksi perahu dayung tradisional ini dilaksanakan untuk mengigat kembali sejarah suku Biak, sehingga jangan sampai sejarah itu dilupakan, baik melalui generasi saat ini dan kedepannya, maka melalui momen festival Biak Munara Wampasi inilah dipertunjukan.

Kedepannya, kata Honi, sejarah ini dipertahankan melalui iven ini sehingga mempertahankan motif dua jenis perhau ini agar jangan sampai sejarahnya dilupakan.

Dia menjelaskan bahwa berbicara tentang perahu bukan saja di pesisir, namun orang Biak bisa gunakan sebagai tradisional sampai ke Tidore, Raja Ampat dan seterusnya.  

Ditambahkan Kepala Bidang Pemasaran Asdep Wilayah Papua, Papua Barat, Maluku dan PNG Kementerian Pariwisata, Sukirni  berjanji mendorong pariwisata di daerah Biak untuk dipertahankan. Lalu akan menpromosikan Biak bukan saja Nasional, namun ke Mancanegara.

Kata Sukirni, festival BMW terpilih dari semua iven yang saat ini dipromosi di Kementerian Pariwisata dan akan menjual destinasi Biak ke luar negeri sehingga wisatawan turis bisa datang menikmati keindahan destinasi pariwisata Biak. 

"Kami apresiasi budaya Biak melalui iven Nasional ini, maka teruslah dipertahankan dan bila perlu dikemas lebih baik lagi untuk dijual, sebah adat merupaka pemersatu kita" ungkap Sukirni. 

Dia juga menyarankan kepada pemda Biak Numfor untuk membangun infrastruktur pendukung dibeberapa spot destinasi pariwisata di daerah Biak Numfor sehingga mempermudah wisatawan untuk menikmati indahnya Biak.*