JAYAPURA-Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) RI, Professor Dr. Pratikno M.Soc, memanggil Billy Mambrasar, seorang aktivis sosial Pendidikan muda Asal Papua, untuk bertemu dan berdiskusi terkait peningkatan peran pemuda Indonesia, melalui pergerakan sosial, di Jakarta Selatan, Senin (1/7) kemarin.
Baik Mensesneg dan Billy, keduanya memang dikenal memiliki rekam jejak yang panjang, sama-sama berkontribusi bagi pembangunan Indonesia melalui pergerakan kewirausahaan sosial.
Keduanya berasal dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu. Mensesneg berasal dari sebuah desa di Jawa Timur, yang jaraknya dengan SMA terdekat adalah 40 km, Billy berasal dari Yapen Papua, dimana untuk dapat mengakses Pendidikan SMA terbaik di Provinsinya, Billy harus menempuh perjalanan dengan kapal selama 2 hari 1 malam.
Mensesneg mendirikan “Andemos Indonesia" yang basisnya ada di kampung halaman beliau, Bojonegoro, Jawa Timur. Billy dan teman-temannya mendirikan “Kitong Bisa” dengan basis pergerakan di Tanah kelahirannya juga, Tanah Papua. Andemos dan Kitong Bisa sama-sama fokus pada perubahan yang dilakukan melalui kewirausahaan sosial, dengan penggerak utamanya adalah kaum muda.
Andemos yang didirikan oleh Mensesneg telah mereformasi desa-desa tradisional menjadi desa modern yang tetap berpegang pada adat istiadat, khususnya desa-desa di Jawa Timur. Billy Mambrasar bersama Kitong Bisa sejak 2009 hingga sekarang, telah memberikan Pendidikan non-formal gratis, untuk melatih kewirausahaan, Bahasa Inggris dan Kepemimpinan kepada lebih dari 1100 anak-anak Papua.
Dalam diskusi yang memakan waktu lebih dari 2 jam tersebut, Mensesneg meminta Billy untuk membagikan pengalaman serta tantangannya membuat perubahan dengan menciptakan wirausaha-wirausaha muda di 2 Provinsi Indonesia paling timur tersebut.
“Menurut saya, reformasi persepsi anak-anak muda Papua tentang apa itu pendidikan merupakan pekerjaan utama yang harus di lakukan. Sebagian besar masih berpikir bahwa Pendidikan itu semata-mata hanya untuk memperoleh Ijazah, yang kemudian akan dipakai untuk mencari pekerjaan. Padahal, Pendidikan itu sebaiknya adalah untuk memberikan keahlian kepada seseorang, yang kemudian akan berkreasi menggunakan keahliannya itu untuk memecahkan permasalahan di dalam masyarakat, sekaligus mencari rejeki untuk menghidupi keluarganya," ujar Billy.
Apresiasi
Mensesneg memberikan apresiasi kepada Billy yang telah menggerakan perubahan sosial tersebut, dan berharap terciptanya Billy-Billy lain, yang siap mendorong pembangunan Indonesia dari Timur Nusantara ini.
“Pesan saya adalah, walaupun pergerakan Kitong Bisa ini dilakukan secara nonformal, akan tetapi jangan lupa melibatkan institusi Pendidikan tinggi formal yang sudah beroperasi. Saya telah berhasil mendorong perubahan di Pendidikan formal, tepatnya di UGM, tempat saya menjadi rektor sebelum menjabat Menteri saat ini," pesan Mensesneg.
"Saya lihat bahwa perubahan dari lembaga formal itu akan memberikan dampak yang lebih mudah terukur. Oleh sebab itu, dengan mendukung pergerakan-pergerakan kewirausahaan ini dikampus-kampus formal di Papua seperti di Uncen dan di UNIPA, hasilnya akan lebih konsisten, berdampak besar, dan berkelanjutan," tambahnya.
Billy Mambrasar juga memberikan masukan kepada pemerintah Indonesia untuk berinvestasi kepada kaum muda negara ini, untuk menjadi motor-motor penggerak perubahan dan agen pendukung program-program pembangunan bangsa.
Diskusi tersebut ditutup dengan pernyataan Billy yang akan mendukung penuh aspirasi Presiden RI, Jokowi, di periode kedua ini akan lebih fokus kepada pembangunan manusia Indonesia.
“Saya pikir, apa yang telah Pak Presiden kerjakan di tahun ini, sangatlah baik. Saya siap mendukung program kerja Pak Presiden kedepannya, yang akan lebih berfokus kepada pembangunan manusia Indonesia. Karena seperti sebuah komputer, infrastruktur adalah hardware dari komputer tersebut, dan manusianya adalah softwarenya. Manusia akan memastikan operasi yang optimal dari berjalannya pembangunan sebuah negara kedepannya, "ujar Billy.*