JAYAPURA - Sebagian besar orang berpikir bahwa bantuan bencana alam itu diberikan saat bencana itu terjadi, dan semua berlomba-lomba memberikan dukungan barang dan uang sesaat bencana tersebut terjadi. Akan tetapi, tantangan terbesar yang sebenarnya adalah rasa trauma berkepanjangan yang dihadapi oleh anak-anak korban bencana, untuk menghadapi hari-hari kedepannya dengan bebas dari rasa trauma yang mendalam selepas bencana tersebut.
Korban bencana banjir bandang, yang sebagian besar adalah Anak-anak asli Papua yang tinggal di SBK Kemiri, di sebuah Gedung kosong milik pemerintah masih dirudung ketakutan, setiap kali bunyi petir dan derasnya hujan turun, membayangkan bahwa banjir bandang akan datang kembali dan memakan korban jiwa seperti yang telah terjadi, membuat mereka kehilangan orang tua, adik, kakak dan sanak saudaranya.
“Kerap mereka menangis dan tidak dapat tertidur sepanjang malam,” ujar salah satu pengurus shelter korban banjir ini, dalam rilis yang diterima, Minggu (26/5).
Bergerak dari kebutuhan tersebut, dengan dukungan Medco Foundation dan pengumpulan dana melalui media daring oleh Kumparan, sebuah organisasi sosial berbasis anak muda Papua 'Kitong Bisa Learning Center Jayapura' mengadakan program regular mingguan untuk memberikan dukungan secara profesional bagi anak-anak korban bencana tersebut agar terlepas dari rasa trauma yang berkepanjangan.
Adapun program tersebut disusun dengan kurikulum yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang anak-anak untuk menatap masa depan, menyusun cita-cita, dan sedikit demi sedikit melupakan hal buruk yang telah terjadi.
Adapun program tersebut telah berlangsung sejak awal Mei lalu, dan akan berakhir pada bulan Oktober nanti. Program ini dirancang dan disusun oleh anak-anak muda Papua yang tergabung menjadi relawan di Pusat Belajar Kitong Bisa Jayapura ini.
CEO Pusat Belajar Kitong Bisa Jayapura, Meyrlin Anggai menyatakan rasa terimakasihnya atas dukungannya para relawan muda Papua, khususnya mereka yang memiliki pengalaman panjang mengajar dan memberikan bantuan psikologis kepada anak-anak untuk dapat bertahan dan menjadi optimis kembali menatap masa depan mereka.
“Saya merasa ini merupakan bentuk kontribusi saya untuk Tanah Papua, tempat dimana saya hidup saat ini, dan saya harap anak-anak yang kami bantu ini dapat kembali menjalani hidupnya dengan normal, selepas mengikuti terapi pelepasan trauma ini," ungkap Erwin Gaol, salah satu relawan yang membantu program ini.
Kegiatan ini merupakan salah satu kepedulian Medco Foundation dalam hal membantu warga terdampak gempa.
“Kami berharap upaya kami bersama Yayasan Kitong Bisa ini bisa memberikan hal positif bagi masyarakat Sentani,"ujar Rendra Permana, Head of Program Medco Foundation.
Dhini Hidayati, Kepala Divisi Kemitraan Kumparan juga mengungkapkan harapannya agar korban bencana yang mengalami trauma dapat pulih dengan cepat.*