Gubernur Lukas Titipkan Pelajar dan Mahasiswa Asal Papua ke Dubes Indonesia untuk AS

Gubernur Papua Lukas Enembe SIP.MH bertemu Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ( AS), Mahendra Siregar di kantor Kedubes Indonesia untuk AS di Washington, AS, Selasa (14/5) lalu/Istimewa

New York - Gubernur Papua Lukas Enembe SIP.MH bertemu Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ( AS), Mahendra Siregar di kantor  Kedubes Indonesia untuk AS di Washington, AS, Selasa (14/5) lalu.

Dalam pertemuan tersebut, Gubernur meminta Kedubes Indonesia di AS memperhatikan pelajar dan mahasiswa Papua yang tengah menempuh pendidikan di negeri Paman Sam tersebut.

 “Saya harap kedutaan besar Indonesia memperhatikan mahasiswa Papua yang sedang sekolah di Amerika Serikat. Mahasiswa-mahasiswa itu warga negara Indonesia juga. Jika ada masalah yang mereka hadapi, mohon Kedubes bisa menanganinya terlebih dulu,” pinta Gubernur

Dalam pertemuan itu, Gubernur membeberkan ada sekitar 300 lebih anak-anak Papua di AS yang belajar di universitas maupun SMA. Mereka tersebar di beberapa kota. Sebagian besar berada di Michigan, Dallas dan Washington. Anak-anak Papua ini membutuhkan pengawasan karena tidak semuanya sanggup menghadapi perubahan dengan cepat, sehingga mungkin saja ada yang mengalami masalah. Masalah yang dihadapi pun beragam, dari masalah perkuliahan hingga masalah kesehatan.

Walau begitu, beberapa mahasiswa bisa mencatat prestasi yang baik. Beberapa mahasiswa asal Papua lulus cum laude dari perguruan tinggi AS. Mereka layak dipromosikan dalam program-program internasional. Untuk itu, Enembe berharap kedutaan besar Indonesia bisa membantu mempromosikan mahasiswa asal Papua dalam program-program pendidikan internasional di AS.

Pelajar Mahasiswa Papua Prioritas

Menanggapi harapan Gubernur Lukas, Dubes Siregar mengatakan Kedubes Indonesia selama ini sangat memperhatikan anak-anak Papua yang sedang belajar di AS. Bahkan mahasiswa dan pelajar asal Papua menjadi prioritas. Namun ia mengakui memang ada masalah dalam komunikasi antara anak-anak Papua di AS dengan pihak kedubes.

“Mahasiswa Papua di AS ini jadi prioritas kami. Namun harus kita akui memang ada masalah kepercayaan dalam hal ini. Tapi kita berpikir positif untuk memperbaikinya,” aku Dubes.

Dia berharap pelajar dan mahasiswa asal Papua yang datang berkuliah di AS bisa melaporkan diri mereka ke kedutaan agar komunikasi bisa berlangsung dengan lancar. Sehingga jika mereka mengalami masalah, bisa segera ditindaklanjuti oleh pihak kedubes.

“Kalau sudah di AS, semua harus dioptimalkan. Mereka sebaiknya tinggal lebih lama setelah kuliah agar punya jaringan global dan internasional. Ini yang sangat penting saat ini,” kata Dubes sambil menambahkan anak-anak Papua di AS harus bisa mendapatkan nilai lebih di AS karena mereka sudah sampai di salah satu negara paling maju di dunia.

Saran Dubes

Bahkan Dubes memberikan saran kepada Gubernur Papua agar mengubah peraturan pengiriman mahasiswa asli Papua ke luar negeri agar bisa tinggal lebih lama setelah kuliah.

Namun Gubernur Enembe mengatakan anak-anak asli Papua yang dikirim sekolah ke luar negeri itu sudah ditetapkan jangka waktu sekolahnya. Kalau lewat dari masa yang ditetapkan, mereka akan dipulangkan.

“Beberapa mahasiswa di Jerman yang dipulangkan karena sudah lewat jangka waktu beasiswa sementara para mahasiswa tersebut tak kunjung selesaikan kuliah mereka,” kata Enembe.

Ia menambahkan salah satu ketentuan lainnya adalah setiap anak Papua yang dikirimkan untuk belajar di luar negeri harus menguasai bahasa Inggris dalam waktu dua tahun. Jika dua tahun masih belum bisa berbahasa Inggris dengan baik, akan dipulangkan.

“Saran dubes itu akan saya pertimbangkan. Memang anak-anak kita harus punya jaringan global dan internasional. Karena itu juga saya sarankan mereka yang sudah selesai kuliah tidak perlu pulang ke Papua. Mereka bisa kerja dimana saja,” tandasnya.