JAYAPURA – Guna mencegah aksi kejahatan di perairan laut Jayapura yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini serta berikan pelayanan kepada masyarakat, Direktorat Polisi Perairan dan Udara Daerah Papua melakukan patroli dan sambang dialogis di Perairan Jayapura, Rabu (1/5) pagi.
Patroli dan sambang dialogis, Direktorat Polisi Perairan dan Udara Daerah Papua menggunakan Kapal Polisi Tanjung Kamdara yang diadakan untuk memperkuat keamanan di wilayah Perairan Jayapura yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini.
Komandan Kapal Polisi Tanjung Kamdara Bripka Ridwan menuturkan kapal yang dipakai saat ini selain untuk melakukan patroli, kapal tersebut pun dimanfaatkan sebagai pos terapung bagi dirinya dan 10 anggota Direktorat Polisi Perairan Polda Papua untuk memantau aktivitas di perairan Jayapura.
"Selain berpatroli mencegah kejahatan di perairan, kapal ini juga kami pakai untuk menyambangi kapal nelayan di wilayah perairan Jayapura untuk memberikan imbauan agar tidak mencari ikan menggunakan bahan peledak," ungkapnya usai patroli di perairan Jayapura, Rabu (1/5) pagi.
Ridwan menjelaskan, sejauh ini pihaknya pun rutin melakukan patroli guna mengantisipasi adanya Penyeludupan narkotika jenis ganja, serat selalu memberikan himbauan kepada nelayan agar tidak menggunakan bahan peledak ketika mencari ikan.
"Kapal ini sangat membantu dalam mencegah tindak kejahatan di wilayah Perairan. Hal ini menyusul adanya beberapa titik yang rawan penyelundupan dari wilayah Papua Nugini, misalnya narkoba jenis ganja. Kami juga menyambangi kapal nelayan di wilayah perairan Jayapura untuk memberikan imbauan agar tidak mencari ikan menggunakan bahan peledak," jelasnya.
Tak hanya itu, kata Ridwan, pihaknya juga kerap mengingatkan kepada para nelayan agar mengutamakan keselamatan saat mencari ikan. “Rata-rata nelayan di Jayapura mencari ikan jauh dari pesisir pantai hingga mencapai 15 mil. Jadi mau tidak mau harus melengkapi dengan alat-alat keselamatan, seperti pelampung,” kata Ridwan.
Ketika ditanya kendala dirasakan selama melakukan patroli, cuacalah yang menjadi faktor utama.
"Cuaca di wilayah perairan sulit diprediksi dan dapat mengancam keselamatan para awak kapal yang berpatroli. Biasanya cuaca bagus saat kita hendak berangkat, namun ketika berada di tengah perairan cuaca menjadi tidak bersahabat dan dapat mengancam keselamatan anggota. Kalau sudah seperti ini, kami harus kembali sambil memantau perairan guna mengantisipasi nelayan yang terjebak dalam cuaca buruk,” beber Ridwan. *