Wacana Pemindahan Ibu Kota Negara Viral Hingga ke Papua

Mananwir Baba Teluk Wondama, Yan Anthon Yoteni/Wartaplus

MANOKWARI- Setelah Presiden Joko Widodo wacanakan pemindaan ibu kota negara keluar Pulau Jawa melalui media Nasional, kini mulai ramai diperbincangkan warganet.

Presiden inginkan ibu kota Negara pindah keluar dari Pulau Jawa, namun daerah alternatif masih diperdebatkan kalangan publik.

Salah satu daerah yang akan menjadi alternatif adalah Kalimantan, tetapi juga ada diwacanakan Sulawesi dan Jawa Barat.

Wacana pemindahan ibu kota kini viral diperbincankan bukan saja di Jakarta, namun sudah menjadi bahan pembicaraan Indonesia Timur, khusus di tanah Papua.

Menanggapi adanya wancana dimaksud, Mananwir Baba Teluk Wondama, Yan Anthon Yoteni berpendapat bahwa kalau ada keinginan tokoh masyarakat Papua agar ibu kota negara pindah ke Papua tentu sangat baik.

Hanya saja, menurut Yoteni, Papua memiliki daerah yang rawan gempa dan geografisnya belum bisa menjamin. Di sisi lain hutan Papua dan Papua Barat masih harus dijaga untuk masa depan anak Papua.

Kata dia lagi, alangkah baiknya Papua hanya dibangun Istana Negara, sebab kalau di Surabaya ada Istana, Bogor ada Istana, Bali ada istana, maka Papua harus ada istana negara.

Entah istana negara mau dibangun di Provinsi Papua atau Papua Barat, namun ia mengatakan bahwa salah seorang kepala suku Ondo di Sentani Jayapura sudah siapkan lahan untuk dibangun istana negara.

"Untuk Papua secara pribadi saya rasa tidak pas kalau wacana ibu kota negara disini, sebab dari sisi geografis daerahnya banyak gunung dan  tempat rata sangat sempit. Kemudian Papua masih rawan gempa, maka saran saya kalau bisa Papua cukup dibangun istana Negara," kata Yoteni menanggapi pemindahan ibu kota negara, Rabu (1/5).

Menurutnya, kalau dibangun istana maka setiap kunjungan kepala negara tidak hanya numpang lewat, tetapi bisa nginap di istana negara Papua.

Alasan lain, kata Yoteni, jangan sampai pemindahan ibu kota memicu konflik sosial di tengah masyarakat Papua, sebab kalau di Jakarta saja orang Betawi tidak dihormati, maka jangan sampai kejadian serupa terjadi Papua.

"Saya sepakat kalau ibu kota negara dipindahkan dari Jakarta, sebab disana sudah sangat padat penduduk dan memicu kemacetan serta rawan banjir, maka secara pribadi mendukung pemindaan ibu kota negara ke Kalimantan," tambah Yoteni. *