JAYAPURA - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat terjadi penurunan Ekspor Papua pada Februari 2019 senilai US$48,97 juta atau menurun sebesar 66,18 persen dibanding bulan sebelumnya yang senilai US$144,80 juta.
Dalam rilisnya yang diterima redaksi wartaplus.com, Sabtu (16/3), Kepala BPS Papua menyebut, penurunan nilai ekspor salah satunya disebabkan tidak adanya ekspor golongan ikan dan hewan air lainnya (HS03) dibanding bulan sebelumnya.
Dilihat dari jenisnya, ekspor Papua terdiri dari barang migas sebesar US$4.201 dan barang nonmigas sebesar US$48,97 juta. Lalu Ekspor Bijih Tembaga & Konsentrat (HS26) pada Februari 2019 senilai US$41,33 juta; ekspor Kayu & Barang dari Kayu (HS44)
senilai US$7,44 juta; dan ekspor Non Migas Lainnya senilai US$0,20 juta.
"Bulan ini tidak terdapat ekspor golongan Ikan & Hewan Air Lainnya (HS03)," kata Simon.
Untuk ekspor ke enam negara utama pada Februari 2019 tercatat senilai US$44,41 juta atau menurun 61,39 persen dibanding
nilainya pada Januari 2019 yang sebesar US$115,03 juta. Sedangkan ekspor ke negara lainnya pada Februari 2019 senilai US$4,56
juta atau mengalami penurunan bila dibandingkan Januari 2019 yang sebesar US$29,77 juta.
"Ekspor terbesar masih berasal dari Pelabuhan Amamapare yaitu senilai US$41,35 juta atau 84,42 persen dari total ekspor Papua," sebutnya.
Secara kumulatif, total ekspor Papua pada Januari - Februari 2019 adalah senilai US$193,78 juta atau menurun sebesar 69,08 persen dibandingkan total ekspor Januari-Februari 2018 yang senilai US$626,76 juta.
Impor Meningkat
Sementara itu untuk perkembangan impor, lanjut Simon, impor Papua pada Februari 2019 tercatat senilai US$41,99 juta yang terdiri dari impor migas senilai US$8,60 juta dan impor nonmigas senilai US$33,39 juta.
"Dibandingkan Januari 2019, nilai impor Papua mengalami peningkatan sebesar 57,21 persen yang dipengaruhi oleh meningkatnya nilai impor nonmigas 84,71 persen (naik US$15,31 juta). Sedangkan impor migas mengalami penurunan sebesar 0,37 persen (turun US$ 0,03 juta)," terangnya
Adapun komoditi migas yang diimpor adalah bahan bakar dari pemurnian dan pengilangan minyak bumi. Sedangkan komoditi
nonmigas yang memiliki nilai impor terbesar berasal dari golongan Mesin-mesin/Pesawat Mekanik (HS84) yang memiliki nilai US$12,11 juta atau sebesar 36,25 persen dari total nilai impor komoditi nonmigas.