Road Show Seniman Papua dan Deklarasi Asosiasi

Membumikan Seniman Papua di Tanah Leluhur

Foto Istimewa

JAYAPURA-Merajut keindahan dan kelapangan jiwa dalam seni dan budaya serta untuk menciptakan kesadaran bersama membangun masa depan Papua yang cinta Damai. “nggowor ba ido nari nggomar” dalam bahasa Biak Papua sangatlah akrab ditelinga masyarakat Papua. Kalau kami tidak menyanyi kami akan mati, mempunyai arti yang sangat penting sekali. Filosofi ini sengaja kami gaungkan kembali untuk menggugah kesadaran masyarakat akan nilai-nilai yang terkandung dalam kalimat “nggowor ba ido nari nggomar”.

Masyarakat Papua yang sehari harinya hidup dengan tarian dan nyanyian dalam upacara atau ritual demi menghargai bumi dan lingkungan. Road show Seniman Papua merupakan sebuah momentum kultural guna menumbuh kembangkan energi kreatif bagi generasi muda Papua.

“Disamping itu ia juga merupakan media rekonsiliasi bagi Seniman Papua.  Untuk itu sangat dibutuhkan semangat baru yang mendorong pentingnya sebuah kehangatan untuk menghidupkan jiwa kebudayaan bagi kita bersama. Jiwa kebudayaan yang dimaksud, merupakan cara membangun kesadaran untuk menghagai segala potensi seni yang dimiliki bagi masyarakat Papua,”ujar Koordinator acara Road Show Seniman Papua dan Deklarasi Asosiasi, Habel AN  Sawaki kepada wartaplus, Rabu (13/3) malam.

Ungkapnya, jiwa juga merupakan representasi atas segala keluhuran budi dan kekuatan hati, karena sebuah keyakinan filosofis yang selalu hidup dan tumbuh masyarakat Papua. Karena yang dikerjakan dengan hati akan selalu mendapat tempat di hati. “Filosofi inilah yang mestinya harus menjadi bagian dari nafas hidup kita bersama dalam berbangsa dan bernegara,”tukasnya.

Dikatakan, acara ini digagas oleh para pelaku seni di Tanah Papua khususnya di Kota Jaya,antara lain Pace Mechu Imbiri (Rio Grime VG dan Anafre Singer’s) Pace Sandi Bettay (Black Papas, Black Brother’s dan Abresso Band), Pace Robby Sawaki (Masayori Group Hamadi), Pace Luther “Bichiq” Muabuay (Musisi dan Pencipta Lagu) dimana ada beberapa lagunya yang sempat hits di tahun 90 an antara lain lagu “Unlucky Women” yang dipopulerkan oleh Air Mood Band kemudian lagu “Let Me be the One” yang dipopulerkan oleh Abresso Band.

Hadir pula Pace Etho Ririmase musisi handal yang malang melintang di dunia entertainment Indonesia yang juga  pimpinan Group Band Papua Original yang telah merilis beberapa album.  Selain itu para pelaku seni lainnya yang karena merasa prihatin dengan kondisi dan nasib seniman saat ini yang semakin termarginalkan di Tanah Papua,  sehingga mereka mengorganisir para seniman untuk membuat sebuah rumah bagi para seniman atau pelaku seni.

Kegiatan yang digelar dalam acara Road Show Seniman Papua dan Deklarasi Asosiasi Seniman Papua di Kampung Nelayan Hamadi, Jumat (15/3).  Acara ini mengusung  tema ‘Dia Hadir Jadi Hidup, Dia Pergi Jadi Sunyi’ dan sub  tema ‘Tanpa Musik dan Tarian Semua Yang Indah Menjadi Semu’.*