MANOKWARI- Dana Otonomi khusus yang sejatinya memberdayakan pedagang mama-mama asli Papua di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, ternyata tidak demikian peruntukannya di Kota Sorong. Dana Otsus tersebut malah digunakan untuk pengadaan atau membekali pedagang non-Papua untuk berdagang.
Hal itu langsung dikritisi dengan respon negatif dan kecaman serta kecemburuan dari berbagai kalangan orang asli Papua (OAP) yang berbeda profesi kerja di wilayah Papua Barat. Bahkan mereka mengkritisi pemberian payung pondok modern dengan sumber dana otsus.
Sekretaris Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Papua Barat George Dedaida sangat terkejut saat menemui pedagang bakso, pedagang sate yang berdagang di Kota Sorong yang menggunakan payung modern pemberian pemerintah Kota Sorong.
Menurutnya, apakah pemberian bantuan itu sudah tepat sasaran atau tidak, padahal mama-mama asli Papua yang berdagang pinang di Kota Sorong tidak diberdayakan oleh pemkot Sorong.
Gambar bantuan payung modern itu dishare oleh George Dedaida ke dalam medsos grup whatsapp, Senin (4/3) siang dan mulai menjadi bahan diskusi yang sangat menarik.
Satu dari pimpinan partai politik (Partai Perindo) yakni Marinus Bonepai beranggapan bahwa bantuan itu salah sasaran, sehingga perlu ditelusurui secara baik oleh legiskatif. Soalnya, banyak OAP yang membutuhkan bantuan pemerintah.
Aktivis Papua lainnya Daud Yelimolo mengecam program tersebut. menurutnya, Otsus pembawa susah bagi rakyat Papua. Contoh kasus pemberian bantuan bagi pedagang non-Papua, maka otsus tidak usah dipersoalkan lagi. Akan tetapi kembalikan otsus agar semuanya terbebas dari ancaman kepunahan.
"Misalnya bebas dari tekanan politik pilkada, ekonomi, dan perebutan kekuasaan agar rakyat Papua bisa hidup tenang dan damai seperti dulu lagi. Sebab kehendak merdeka secara politik biarlah Tuhan yang menentukan," tulis Daud di dalam grup diskusi Parjal, Senin.
Jack Wanggai, satu dari anak Papua yang juga bertentangan dengan kebijakan pemerintah yang salah kepada rakyat Papua, ikut berkomentar bahwa bantuan itu salah sasaran.
"Kita akan punah dan tersisih di atas tanah nenek moyang OAP karena didominasi non-Papua. Jika orang Papua tidak bijaksana dalam menentukan pilihan politiknya, maka kita adalah para aktor yang ikut merencanakan kehancuran bagi generasi OAP yang akan datang," sebut Jack Wanggai.
Wanggai juga mendorong kepada media agar menelusuri bantuan tersebut. Lalu pertanyakan kepada kepala dinas dan gubernur terkait kesalahan penggunaan bantuan tersebut yang bersumber dari dana Otsus. *