MAYBRAT- Calon Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) daerah pemilihan (Dapil) Provinsi Papua Barat, Filep Wamafma, SH., M.Hum berkunjung di Kabupaten Maybrat.
Di sana Filep Wamafma alias Pace Jas Merah langsung tatap muka dan ramah tamah dengan masyarakat adat Kampung Seta Ayamaru, Kabupaten Maybrat.
Pertemuan yang berlangsung secara kekeluargaan itu membicarakan tentang beberapa hal penting yang menjadi tujuannya ke Maybrat.
Pertama, jelas Wamafma ke hadapan masyarakat adat bahwa kehadirannya ke Maybrat karena merasa terpanggil sebagai anak penginjil dari orangtua moyang Adolof Wamafma (almarhum).
Kata Wamafma, tepat di Kampung Kocuer Distrik Aifat dan Seta Distrik Ayamaru Utara kabupaten Maybrat awal mula almarhum Adolof Wamafma sebagai pengajar (pendidik) di SD YPK dan sekaligus pengabar injil pada tahun 1956. Almarhum pulang ke Biak Numfor tahun 1969-an, karena dikejar oleh tentara masa itu dan akhirnya tutup usia pada tahun 2000.
Kampung Seta di Ayamaru, katanya, merupakan sejarah awalnya almarhum membangun gereja sekaligus sekolah sebagai awal masuknya injil. Jadi bermula dari orangtua sebagai penginjil bagi masyarakat Maybrat saat itu.
Hal kedua, Pace Jas Merah hadir karena mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI. Dia pun datang untuk minta doa dan dukungan seluruh masyarakat Maybrat.
Atas sejarah religi itulah masyarakat di Seta Maybrat pun meyakini bahwa kedatangan Wamafma sebagai calon tentu saja akan membawa perubahan bagi masyarakat Maybrat dari berbagai sisi.
"Sekian lama orangtua menjadi pengajar plus guru penginjil di tanah Maybrat. Artinya sejarah religi ini sudah dimandatkan kepada saya sebagai anak dalam keluarga. Oleh karena itu saya datang kesini ingin melihat jejak kaki orangtua semasa membawa injil bersama penginjil lainnya di Maybrat," sebut Wamafma saat bertemu seorang penginjil Bapa Yumame, Kamis (22/2/2019).
Usai tatap muka dengan masyarakat di sekitar Ayamaru, Filep Wamafma mendapat antusias penuh dari dukungan masyarakat setempat. Bahkan mereka sepakat 100 persen suara akan diberikan kepada Pace Jas Merah.
Berlatar belakang dosen Sekolah Tinggi ilmu Hukum (STIH) di Manokwari, Wamafma juga bersedia membantu masyarakat di Kampung Seta untuk membangun gedung gereja yang kini sudah dibangun fondasi oleh swadaya masyarakat setempat, dimana persis dengan lokasi bersejarah masuknya injil di Maybrat.
Wamafma juga berkesempatan berdoa di atas lokasi berdirinya fondasi sejarah masuknya injil bersama masyarakat adat setempat. Dengan harapan selain akan dibantu keluarga membangun gedung gereja ini, juga adanya dukungan pemerintah agar melihat kembali sejarah masuknya injil ke Maybrat.
"Meskipun pembawa injil ke Maybrat telah tiada, namun sejarahnya harus dikenang sepanjang masa. Sebab tanpa injil masyarakat pada waktu itu masyarakat masih hidup gelap, namun karena injil, maka masyarakat lebih mengenal apa itu terang dari Tuhan," ungkap Wamafma.
Dia menambahkan bahwa bukan karena momen politik dia akan membangun gedung gereja ini, namun karena sejarah, maka apapaun berbagai cara ia berjanji akan membangun gedung gereja bersama masyarakat setempat. *