MANOKWARI- Internasional Organization for Migration (IOM) melaksanakan focus grop discusion (FGD) Polmas Polda Papua Barat membahas berbagai masalah sosial yang ada di Papua Barat dan mencari solusinya.
FGD dan FKPM yang berlangsung di Aston Niu Manokwari, Provinsi Papua Barat, Kamis (10/1), telah melibatkan berbagai perwakilan elemen masyarakat misalnya tokoh agama, tokoh pemuda, LP3BH Manokwari, BKOW Papua Barat, LMA Papua Barat, MRP Papua Barat dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Papua Barat serta Polda Papua Barat.
Diskusi Polmas Papua Barat itu di pandu langsung oleh Konsultan Independen yang dikontrak oleh IOM, Yulia Sugandi, PhD. Dalam diskusi itu, pihak IOM ingin mendalami masalah sosial yang terjadi di Papua Barat, terkhusus di wilayah Manokwari.
Antara lain yang menjadi fokus diskusi adalah masalah miras, jambret, lem aibon, KDRT, penyelesaian hukum, masalah adat Papua yang kaitan dengan perkawinan, dan masalah sosial lainnya.
Menurut Yulia bahwa, diskusi seperti ini sangat penting untuk melihat bagaimana penilaian masyarakat Papua Barat tentang pentingnya Polmas itu sendiri, sebab hasil diskusi yang dilaksanakan ini menjadi catatan penting untuk akan dilaporkan kepada pihak IOM, selanjutnya di diskusikan lebih lanjut ke pihak yang berkopeten.
Sebab, kata Yulia, berbicara tentang Polmas tentu saja membahas masalah sosial langsung dari akar rumput. Apalagi tugas IOM terfokus pada daerah yang menjadi fokus kerja IOM.
"Jadi, sebelum kami ke Papua Barat, kami sudah dari Provinsi Maluku, dan Provinsi Papua. Untuk Papua Barat dua lokasi sasaran diskusi yakni Manokwari dan Sorong," kata Yulia.
Bekerja sebagai konsultan inpenden, Yulia sebatas mendokumentasi apa yang sudah di diskusiskan, selanjutnya nanti urusan kedalam menjadi tanggung jawab IOM. Akan tetapi, tugas Yulia akan membawa hasil dari setiap provinsi dan dipresentasekan di tingkat Pusat.
Hadir Pdt Luther Wanma selaku Ketua PGGP Papua Barat memberikan pandangan tentang masalah gereja dan sisi adat perkawinan secara adat dan gereja.
Sedangkan Direktur LP3BH Manokwari Yan Chritsian Warinussy memberikan pandangan tentang dampak hukum dari setiap masalah sosial yang menjadi fokus diskusi.
Sedangkan wartawan atau organisasi PWI Papua Barat lebih kepada pemberitaaan, edukasi dan kerja lapangan yang selalu berhadapan dengan masalah sosial.
Sekertaris LMA Papua Barat George Dedaida berbicara dari sisi perlindungan kepada masyarakat adat, kemudian BKOW berbicara dari sisi perang perempuan dalam berorganisasi.
Diskusi tersebut semakin menarik ketika membahas tentang pemicu masalah sosial, seperti pengaruh minuman keras yang menyebabkan meningkatnya KDRT.
Di samping itu, masalah lem aibon yang meyasar kepada gernasi anak anak asli Papua di Papua Barat, maka solusinya menurut Yulia perangi bersama setiap masalah sosial. Akan tetapi bagaimana kedekatan Polmas ke masyarakat akar rumput. Kemudian kedepannya bagaimana pembentukan Polmas Papua Barat. *