JAYAPURA,- Hingga hari ke-34, Tim Gabungan TNI-Polri masih terus melakukan pencarian terhadap empat karyawan PT. Istaka Karya yang menjadi korban pembantaian dan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata di Bukti Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga beberapa waktu lalu.
Ke-empat korban yakni RS, PR, MA, HAI hingga saat ini belum diketahui kondisinya, apakah masih dalam keadaan hidup atau meninggal dunia pascakekerasan dan pembantaian puluhan pekerja PT. Istaka Karya yang sedang mengerjakan proyek jembatan jalan Trans Papua.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal mengungkapkan hingga saat ini 147 aparat gabungan telah dikerahkan dari Polda Papua dan Kodam XVII Cenderawsih untuk melakukan penyisiran dari lokasi pembantaian di Bukti Kabo Distrik Yigi Nduga menuju ke arah Kabupaten Wamena mengingat ada beberapa korban ditemukan dalam keadaan hidup maupun tewas mengarah ke Wamena.
"Belum diketahui kondisi keempatnya, namun kami masih berusaha mencari. Tidak mudah bagi anggota kami mencari keberadaan keempat korban kekerasan tersebut, selain medan yang cukup terjang dan cuaca yang cukup ekstrime, aparat gabungan TNI-Polri pun kerap diganggu kelompok kriminal bersenjata dengan serangan mendadak dari ketinggian yang diketahui menjadi medan yang menguntungkan bagi kelompok kriminal bersenjata," ungkap Kamal.
Untuk diketahui, aksi pembantaian dan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya terjadi pada 2 Desember 2018 laku, dimana 28 karyawan PT. Istaka Karya dibantai di Bukit Kabo Distrik Yigi Kabupaten Nduga menggunakan senjata api dan senjata tajam.
Dalam aksi itu 17 orang dinyatakan tewas, 7 orang selamat, sementara empat orang diantaranya hilang hingga saat. Selain itu juga dalam kejadian itu Satu Anggota TNI Tewas atas nama Sertu Anumerta Handoko.
Sementara itu data pihak Kepolisian yang dihimpun dari Bidang Humas Polda Papua menyebutkan sejauh ini sudah ada 25 pekerja bangunan diluar PT.Istaka Karya telah dievakuasi guna mengantisipasi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata Pimpinan Egianus Kogoya.
Akibat kejadian kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata ini pun sangat berdampak luas bagi pembangunan di Nduga, mulai dari pembangunan fisik yang terhenti lantaran pekerja memilih untuk meninggalkan Nduga demi keselamatan, hingga penyaluran BBM dihentikan sementara waktu oleh PT.Pertamina MOR VIII Maluku-Papua yang mengakibatkan harga BBM eceran mencapai hingga Rp 150.000 per liter.
Di sisi lain, tenaga medis dan tenaga pendidik yang berada di distrik Mapenduma, Nduga pun pernah melakukan hal yang sama dengan menolak kembali di Mapenduma pascaaksi intimidasi dan kekerasan seksual yang dialami salah seorang guru yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya. Bahkan hingga saat ini aktifitas pendidikan dan pelayanan medis yang ada di Mapenduma terganggu dan berdampak kepada masyarakat setempat.
Sebelum melakukan aksi pembantaian pekerja dari PT.Istaka Karya serta intimidasi dan kekerasan seksual terhadap tenaga medis dan tenaga pendidik di Distrik Mapenduma Kabupaten Nduga. Kelompok tersebut pun pernah melakukan aksi penembakan terhadap pesawat yang mengangkut aparat keamanan yang hendak melakukan pengamanan pilkada di Kabupaten Nduga. Usai melakukan aksi penembakan terhadap pesawat dan aparat, kelompok tersebut melakukan aksi keji tanpa perikemanusiaan terhadap warga sipil, dengan menewaskan dua pedagang dan melukai seorang bocah menggunakan sebilah kapak dan harus mendapatkan perawatan intensif. *