JAYAPURA, - Sebagai bentuk keprihatinan atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di Kabupaten Nduga, Gubernur Papua, Lukas Enembe mengimbau masyarakat, terutama pejabat daerah agar tidak merayakan natal tahun ini secara berlebihan. Sebaliknya menurut Gubernur, Natal tahun ini menjadi ajang perenungan terhadap berbagai persoalan kekerasan terhadap warga sipil yang terjadi di tanah Papua. Gubernur juga tidak akan menggelar "open house" Natal di kediamannya, sebagaimana tahun tahun sebelumnya.
“Kita natal dalam duka. Karena banyak saudara-saudara kita yang saat ini terpaksa tinggal di hutan. Anak-anak, orang tua, perempuan di Nduga mereka saat ini hidup dengan kesulitan makanan, kedinginan dan hujan. Ketika mereka susah, kita sebagai saudaranya harus memahami perasaan mereka,” ujar Gubernur dalam siaran persnya, Kamis (20/12).
Menurut Gubernur, peristiwa kekerasan di bumi cenderawasih telah terjadi sejak 1969. Dimana akibat konflik kekerasan tersebut telah merenggut banyak korban jiwa terutama Orang Asli Papua (OAP)
"Saya juga berharap pejabat-pejabat daerah bersikap sama. Kita tidak pantas merayakan natal secara berlebihan ketika banyak saudara kita hidup dalam penderitaan,” harap Gubernur yang pada Rabu malam telah menggelar rapat bersama Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), pimpinan dan anggota Majelis Rakyat Papua (MRP), pimpinan gereja dan tokoh masyarakat di Gedung Negara, menyikapi situasi Nduga saat ini.
Dalam rapat tersebut Ketua DPRP, Yunus Wonda dan Ketua MRP, Timotius Murib menegaskan situasi Nduga saat ini adalah situasi kemanusiaan yang harus disikapi secara cepat. Terutama pemenuhan kebutuhan bahan makanan bagi masyarakat yang saat ini sedang mengungsi di hutan-hutan.
“Kita harus segera mengirimkan bantuan makanan kepada masyarakat di Nduga. Agar mereka bisa segera kembali ke kampung masing-masing,” katanya
Dalam pertemuan tersebut, hadir pula Ketua Sinode Gereja Kemah Injili (Kingmi), Pendeta Benny Giay dan Ketua Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) Tanah Papua, Pendeta Andrikus Mofu dan perwakilan Uskup Jayapura.
Tiga pimpinan umat Kristen ini mengatakan akan mengundang pimpinan gereja lainnya dalam waktu dekat untuk menerbitkan surat gembala berkaitan dengan situasi di Nduga saat ini.
“Dalam satu dua hari ini para pemimpin gereja akan bertemu untuk menyikapi situasi terakhir di Nduga. Kami juga sepakat untuk membentuk tim investigasi bersama pemerintah daerah, DPRP, MRP dan masyarakat,” kata Pendeta Andrikus Mofu.
Baik Gubernur Papua, Ketua DPRP, Ketua MRP, Ketua Sinode GKI maupun Ketua Sinode Kingmi mengaku telah menerima laporan dari masyarakat di Nduga tentang situasi terkini di kabupaten tersebut paska insiden penembakan sejumlah orang pada 2-3 Desember lalu, yang disebutkan sebagai karyawan PT. Istaka Karya oleh kelompok bersenjata yang mengaku sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Masyarakat melaporkan kepada para pemimpin Papua ini bahwa ada masyarakat sipil setempat yang tewas paska evakuasi karena tembakan aparat keamanan dan sebagian besar masyarakat di distrik Mbua, Yall, Yigi dan Dal telah mengungsi ke hutan karena trauma atas kehadiran aparat keamanan.*