JAYAPURA,-Menanggapi sejumlah informasi yang berkembang di masyarakat tentang adanya penyerangan aparat gabungan TNI-Polri menggunakan bom yang menewaskan korban sipil di Distrik Mbua dan Yigi, Kapendam XVII Cenderawasih Kolonel Inf. Muhammad Aidi angkat bicara.
Kepada pers di Jayapura, Muhammad Aidi membantah bahwa ada penyerangan yang dilakukan aparat gabungan TNI-Polri yang menyebabkan jatuhnya korban sipil.
“Saya tegaskan bahwa hingga saat ini kami (aparat gabungan TNI-Polri) belum pernah melakukan penyerangan terhadap Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB), tetapi sebaliknya pos kami yang diserang oleh KKSB saat di Mbua dan Yigi,” kata Muhammad Aidi di Jayapura.
“Malah saat evakuasi korban yang dibantai pun kita diserang oleh KKSB. Sehingga sangat naif kalau ada yang mengatakan bahwa kita melakukan penyerangan dan jatuh korban sipil dari masyarakat sipil,”tambahnya.
Menurut Aidi, jarak kontak tembak dan lokasi pembantaian KKSB terhadap belasan karyawan PT. Istaka Karya kurang lebih 5 Kilometer, sehingga jika ada yang mengaku menjadi korban tembak, maka tidak benar. “Kalau sampai benar ada jatuh korban sipil maka patut dicurigai bukan masyarakat sipil biasa, itu pasti bagian dari KKSB,” ujarnya.
Selain itu, Kapendam juga menepis adanya pergerakan yang dilakukan TNI dengan menggunakan bom, pesawat tempur dan roket, karena alutista yang ada di Papua saat ini hanya pesawat hely angkut jenis bell MI 17 milik TNI AU, CN 235 milik TNI AD, dan pesawat Herkules.
“Ada yang diviralkan melalui media bahwa itu bom, saya perlu sampaikan bahwa itu bukan bom. Tetapi itu adalah granat lontar. Itu adalah senjata yang digunakan pasukan infanteri dimanapun berada dan sudah digunakan sejak perang dunia kedua, jadi itu bukan sesuatu yang luar biasa, tapi itu sah-sah saja,” ungkapnya.
Aidi menambahkan, jika kelompok tersebut (KKSB) ingin berperang terbuka dengan aparat keamanan, maka tidak seharusnya mengadu seolah mereka menjadi korban.
“Kalau mereka siap bertempur dengan TNI berarti mereka siap melawan seluruh kekuatan TNI, jangan dengan isu bom mereka berteriak seolah mereka teraniaya, padahal merekalah yang membantai para pekerja,” tandasnya. *