Keindahan Raja Ampat, Datangkan Berkah Bagi Warga Setempat

Lapak atau pondok jualan warga Pantai Friwen, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat / Djarwo

RAJA AMPAT,- Pesona Raja Ampat yang sudah tersohor hingga ke seluruh dunia, banyak mendatangkan wisatawan mancanegara dan lokal untuk berkunjung kesana sekadar mengisi waktu liburan ataupun menyalurkan hobby snorkeling dan diving. Melubernya wisatawan ke Raja Ampat tentunya membawa berkah tersendiri bagi warga setempat.

Kekayaan biota lautnya dan juga keindahan gugusan pulau-pulau kecilnya yang tersebar mulai dari Waisai, Kepulauan Misool, Salawati, Gam hingga Waigeo itu, telah dikenal sebagai salah satu destinasi wisata menarik, hingga mendapatkan julukan "Surga".

Kesohoran Raja Ampat itulah yang membuat banyak investor melirik destinasi wisata tersebut untuk berlomba-lomba membangun penginapan, mulai dari yang bergaya home stay hingga resort. Bahkan ada juga yang menawarkan penginapan di atas kapal Pinisi.

Tak hanya investor, kesempatan tersebut juga mendatangkan berkah bagi warga setempat yang mendiami setiap pulau di Kepulauan Raja Ampat. Warga yang mayoritas berasal dari keturunan suku Biak Numfor itu, menjajakan apa saja yang bisa menarik para wisatawan.

Sediakan Homestay

Seperti yang terlihat di Kampung Sawinggrai, sebagian warga memanfaatkan rumahnya sebagai home stay dengan tarif yang cukup terjangkau. Harganya bahkan tak sampai Rp 500 ribu. Warga setempat juga terkenal sangat ramah terhadap wisatawan yang berkunjung kesana. Bahkan bocah-bocah setempat juga diajarkan untuk menyambut para wisatawan dengan berbagai nyanyian dengan menggunakan alat musik ukulele dan tifa.

Sementara di Piaynemo, warga setempat juga menjajakan kepiting kenari yang masih hidup dan kelapa muda. Jika sehabis menaiki puncak Piaynemo, wisatawan bisa membeli dan menikmati segarnya air kelapa muda di dermaga Piaynemo yang dijual perbuah dengan harga Rp 15 ribu. Konon, kepiting kenari juga rasanya sangat mantap dan rasa dagingnya seenak menyantap lobster. Kepiting kenari sendiri dijual Rp 200 ribu untuk yang berukuran kecil.

Saat menyinggahi Kampung Sauwandarek, warga setempat juga menjajakan kelapa muda, namun harganya sedikit lebih murah, yakni Rp 10 ribu perbuah. Sedangkan, untuk mencicipi secangkir kopi disana harganya juga tak beda jauh dengan di daerah lainnya di Papua, hanya Rp 5 ribu saja.

Selepas Sauwandarek, spot terakhir ialah Pantai Friwen, pantai yang menawarkan beningnya air laut dan pasir yang begitu lembut. Di Pantai Friwen, wisatawan bisa menyantap gurihnya pisang goreng ditemani secangkir kopi, atau bagi yang sudah sangat lapar, bisa sambil menikmati mie seduh. Warga setempat juga menjualnya dengan harga yang relatif murah, pisang goreng Rp 2 ribu, kopi Rp 5 - 10 ribu dan mie seduh Rp 10 ribu.

Disaat ramai wisatawan, warga setempat di Pantai Friwen bisa meraup keuntungan Rp 3 juta perharinya. Namun disaat sepi seperti musim ombak, warga hanya mendapatkan keuntungan seadanya. 

"Kalau seperti sekarang ini, wisatawan belum terlalu ramai. Kalau ramai sekali kita bisa dapat untung banyak. Yah bisa dapat Rp 3 juta dalam satu hari," ujar Ibu Merry, salah satu warga yang memiliki pondok jualan di pinggir Pantai Friwen.

Ia menuturkan, barang dagangan atau bahan-bahan pokok dibelinya dari Kota Waisai, Ibukota Kabupaten Raja Ampat. Untuk minyak tanah misalnya, ia beli dengan harga Rp 4 ribu per liter dan beras untuk makan sehari-hari dibeli dengan harga Rp 12 ribu per kilogram.

Dengan maraknya wisatawan yang terus berkunjung ke Kepulauan Raja Ampat, baik wisatawan mancanegara maupun lokal, mampu mendongkrak perekonomian warga setempat. Hal itu juga tidak terlepas dari keramahan para warga yang begitu terbuka dan menerima wisatawan yang berkunjung. [Djarwo]