Kenaikan Biaya TV Kabel dan Tukang, Andil Terhadap Inflasi Kota Sorong

Kasubag TU (kiri) dan Kasi Distribusi BPS Kota Sorong (kanan)/Ola

SORONG,-Badan Pusat Statistik Kota Sorong kembali melakukan rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Inflasi untuk bulan Februari 2018.

Dalam rilis yang disampaikan Plt. Kasi Distribusi, Nur Hedianto Tri Widada, Kasubag TU, Eliza Isaac Pattikawa, di kantor BPS Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (1/3) menyatakan bahwa Kota Sorong mengalami inflasi sebesar 0,49 persen dengan IHK sebesar 129,80.

Ditambahkan oleh Nur bahwa dari 82 Kota Inflasi di Indonesia, 55 Kota mengalami inflasi dan 27 Kota mengalami Deflasi. Dimana inflasi tertinggi terjadi di Kota Jayapura sebesar 1,05 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Palangkaraya sebesar 0,04 persen.

Menurut data BPS, Inflasi di Kota Sorong terjadi karena adanya perubahan Indeks pada sejumlah komoditi. Andil komoditi terbesar inflasi adalah kenaikan ikan cakalang atau sisik sebesar 0,12 persen, Beras sebesar 0,10 persen, Nasi dengan lauk sebesar 0,10 persen, biaya jaringan saluran TV dan tukang bukan mandor masing-masing 0,09 persen.

Sedangkan andil terhadap deflasi yaitu cabai rawit sebesar -0,12 persen, angkutan udara -0,11 persen, cabai merah 0,08 persen, ikan kembung -0,08 persen dan telur ayam ras -0,05 persen.

Menurut Nur, fenomena kenaikan harga jaringan saluran TV disebabkan karena kebijakan pengelola TV kabel berjaringan kepada masyarakat yang menaikan harga berlangganan.

Sedangkan kenaikan harga tukang bukan mandor, disebabkan semakin pesatnya perkembangan perumahan yang cukup tinggi sehingga menjadi andil kenaikan.

"Permintaan yang meningkat sehingga biaya tukang atau jaringan TV juga ikut naik. Ada hukum ekonomi disana. Termasuk momentum atau event tertentu," tambah Masadi, Kasie staf Statistik Ketahanan Sosial BPS Provinsi Papua Barat yang saat itu juga menghadiri rilis. [Ola]