JAYAPURA,- Dinas Kesehatan Provinsi Papua mengajak media massa untuk bersama sama mengkampanyekan imunisasi Campak ( Measless), Rubella dan Polio atau MRP yang akan dimulai secara serentak di Papua pada 1 Agustus 2018 mendatang.
Sebagai langkah awal, dinas kesehatan papua bekerjasama dengan UNICEF menggelar kegiatan pelatihan bagi jurnalis baik media cetak, elektronik dan online berlangsung di hotel Grand Abe Kota Jayapura, Senin (23/7).
Kasie Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Togu Sihombing mengatakan, kegiatan pelatihan ini merupakan langkah sosialisasi dari pada Kampanye MRP, melalui pemberitaan yang baik dan benar. Sehingga penyampaian informasi terkait Imunisasi ini dapat diterima di masyarakat.
"Dengan pelatihan ini, informasi terkait Kampanye MRP itu dapat diberikan terhadap para jurnalis, yang mana melalui media pun dapat diinformasikan lagi terhadap masyarakat luas. Kampanye ini sendiri dilakukan untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap penularan penyakit Campak dan Rubella, yang mana dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Artinya, Kampanye Imunisasi MRP merupakan langkah awal untuk memperkenalkan Imunisasi Rubella ke dalam jadwal imunisasi rutin,” ungkap Togu
Imunisasi Wajib
Imunisasi MRP sendiri wajib dilakukan agar masyarakat dapat terlindung dari penyakit Campak, Rubella, dan juga Polio. Khusus tetes Polio, menurut Togu, sengaja ditambahkan sesuai permintaan Kementerian Kesehatan RI agar dilakukan di Jayapura.
"Hal ini dikarenakan telah terjadi KLB Polio di Papua Nugini, sehingga antisipasi penyebaran ke Indonesia melalui Papua, khususnya Kota Jayapura sebagai tetangga terdekat harus dilakukan," tuturnya.
Dalam paparannya Togu menguraikan berbagai hal terkait persiapan dan strategi pelaksanaan kampanye imunisasi MRP di Papua termasuk kesiapan logistik dan tenaga Sumber Daya Manusia (SDM)
Harus Jelas
Ketua I Dewan Adat Papua, Weynand Watory, yang menjadi salah satu narasumber menyebutkan bahwa dirinya bersama Masyarakat Adat Papua mendukung kegiatan yang dilakukan. Namun, strategi kampanye yang dilakukan itu harus jelas, sehingga output dari kegiatan itupun tepat sasaran.
“Kalau wartawan ingin dilibatkan, harus jelas seberapa jauh. Kemudian, bagaimana kampanye ini sampai ke pelosok-pelosok Papua pun harus dirumuskan. Bukan apa, sebab, yang butuh imunisasi MRP ini bukan hanya mereka yang diperkotaan, tapi yang di daerah-daerah pelosok Papua pun harus bisa tahu kampanye yang dilakukan ini. Demikian, kegiatan kampanye ini benar-benar dapat tepat sasaran dan bermanfaat, bukannya malah dijadikan proyek saja,” beber Weynand.
Peranan KIPI
Sementara itu, Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Provinsi Papua, dr. Renny Hariati, SpA., mengungkapkan bahwa KIPI pun memegang peranan penting dalam proses Kampanye MRP yang dilakukan. Tujuannya tidak lain agar petugas layanan primer dapat melakukan penanganan dan tindakan preventif, serta melakukan perbaikan jika terjadi kesalahan prosedur. Selain itu, KIPI pun ikut membantu mengurangi kekhawatiran masyarakat tentang keamanan vaksin.
"Artinya, kampanye yang dilakukan ini tidak selamanya berjalan mulus karena tak ayal pula terdapat miskonsepsi yang terjadi di lapangan. Dalam hal ini, seperti kurangnya informasi mengenai berbagai aspek imunisasi, pemberitaan satu sudut pandang (tanpa konfirmasi), serta informasi tidak benar yang sengaja disebarluaskan kelompok anti-vaksin, seperti hoax terkait vaksin yang mengandung lemak babi, dan lain sebagainya," urainya.
Pada dasarnya, kata dia, pelatihan yang dilakukan bertujuan agar media massa dapat mendukung sosialisasi kampanye MRP melalui pemberitaan dari sudut pandang yang menarik, dalam hal ini untuk membuat masyarakat luas paham akan pentingnya imunisasi.
Di penghujung pelatihan, para jurnalis diberikan materi terkait penulisan berita oleh pemateri dari UNICEF. Bagaimana membangun ide cerita mengenai kampanye imunisasi MR serta melawan berita hoax atau palsu. Hal ini merujuk pada kampanye MR di pulau jawa pada 2017 lalu. Dimana banyak ditemukan pemberitaan negatif atau mengarah kepada hoax.
Untuk diketahui kampanye imunisasi MRP di Papua akan menyasar kurang lebih satu juta anak usia 9 bulan hingga 15 tahun. Adapun sasaran yang harus dicapai untuk mendapatkan kekebalan komunitas adalah diatas 95 persen.*