JAYAPURA,– Menyikapi aksi penyerangan yang dilakukan oleh aparat gabungan TNI/Polri terhadap kelompok TPN/OPM di Kampung Alguru, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga pada Rabu (11/7), salah satu putra asli Nduga, Samuel Tabuni meminta agar aparat tidak berlebihan dalam menangani kelompok TPN/OPM di Nduga. Karena masyarakat setempat masih mengalami trauma atas peristiwa penyanderaan Mapenduma.
“Saya meminta jangan berlebihan tangani kelompok TPN/OPM di Kabupaten Nduga. Daerah ini 100% warganya masih mengalami trauma berat atas peristiwa penyanderaan Mapenduma pada tahun 1995/1996 lalu,” kata samuel kepada Wartaplus.com, Kamis (12/7) pagi.
Apalagi kata Samuel, daerah ini baru menjadi bagian dari bangsa Indonesia pada tahun 1998 lalu melalui pemekaran Kabupaten Nduga, setelah puluhan tahun tertinggal jauh dari pelayanan pemerintah.
“Sebagai anak asli Nduga, saya sangat sedih melihat kondisi masyarakat saya yang sangat berantakan selama ini. Ditambah dengan peristiwa seperti ini akan menambah trauma berat masa lalu, dan akan terus membekas sepanjang masa dalam kehidupan masyarakat sehari-hari,” ungkapnya.
Selain itu, kata Samuel, dengan peristiwa penyerangan tersebut akan membuat masyarakat semakin tidak percaya dengan pemerintah.
“Mereka semakin tidak akan percaya pemerintah kita, semakin tidak puas akan pelayanan pemerintah kita dan tentunya semakin menjauh dari pemerintah kita,” bebernya.
Sebelumnya, pada Rabu (11/7) aparat gabungan TNI/Polri melakukan penyerangan terhadap kelompok TPN/OPM di Kampung Alguru, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga.
Dalam penyerangan tersebut, aparat menggunakan helikopter dan juga menggunakan bom, sehingga membuat warga setempat takut dan mengungsi ke kampung terdekat. Hingga saat iniaktivitas di ibu Kota Kenyam masih lumpuh. *