Perjalanan Panjang Mathius Fakhiri dan Aryoko Rumaropen Menuju Kursi Gubernur dan Wakil Gubernur Papua

Ilustastrasi wartaplus

JAYAPURA,wartaplus.com - Mathius Derek Fakhiri dan Aryoko Alberto Ferdinand Rumaropen, yang akrab disapa pasangan "Mari-Yo", telah menempuh perjalanan panjang yang penuh liku-liku untuk menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Papua periode 2025-2030.

Keduanya terpilih melalui Pemilihan Gubernur (Pilgub) Papua 2024 yang berujung pada Pemungutan Suara Ulang (PSU) pada 2025, setelah sengketa hukum yang alot di Mahkamah Konstitusi (MK). Penetapan resmi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) dilakukan pada 23 September 2025, menandai akhir dari babak panjang perjuangan mereka.  Kisah ini bukan hanya tentang kemenangan elektoral, tapi juga latar belakang karier masing-masing yang telah membentuk mereka sebagai pemimpin yang berpengalaman di tanah Papua.

Dari Atlet Hingga Purnawirawan Polisi

Mathius Derek Fakhiri lahir pada 6 Januari 1968 di Ransiki, Manokwari Selatan, Papua Barat. Sebagai anak ketiga dari 10 bersaudara, ia tumbuh di tengah keluarga sederhana dengan ayahnya, Nathalis Yame Fakhiri, yang bertugas sebagai prajurit di berbagai wilayah terpencil seperti Boven Digoel dan Mappi. Masa kecilnya diwarnai peristiwa konflik OPM pada 1967-1968, yang memaksa keluarga mengungsi ke Manokwari.

Pendidikannya dimulai di SD YPK Merauke (lulus 1981), SMP YPPK St. Thomas Wamena (1984), dan SMA Negeri 2 Jayapura (1987). Selama sekolah, Mathius aktif di cabang atletik lari, memenangkan kejuaraan tingkat sekolah hingga nasional, termasuk membawa kontingen Papua meraih Piala Presiden pertama kali ke Papua. Ia melanjutkan ke Akademi Kepolisian (Akpol) lulusan 1990, meraih Sarjana Ilmu Kepolisian (2001), dan Magister Hukum (2019). Pendidikan kepolisian lainnya termasuk PTIK (2001), Sespim (2005), dan Sesko TNI (2018).

Karier kepolisiannya yang panjang (1990-2024) dimulai di Kalimantan Selatan, sebagai Pamapta Polres Banjarmasin hingga Wakil Komandan Kompi Brimob Polda Kalsel. Sejak 2002, ia fokus di Papua sebagai Wakil Kapolres Jayapura (2003), Kapolres Kaimana (2005), Kapolres Jayapura (2009), dan Kapolres Jayapura lagi (2014). Puncaknya sebagai Kapolda Papua (2021-2024), di mana ia memimpin operasi keamanan melawan kelompok separatis seperti OPM dan TPN-PB.

Pada 2014, ia merebut markas OPM, dan melalui Operasi Nemangkawi (2018-2020), melumpuhkan pimpinan militer TPN-PB. Prestasinya dihargai dengan kenaikan pangkat luar biasa menjadi Komisaris Jenderal (2024) dan berbagai satyalancana, termasuk Bintang Bhayangkara Pratama (2023).

Pada 2024, Mathius pensiun dini dari Polri untuk terjun ke politik sebagai kader Gerindra. Pengalaman 34 tahun di Brimob dan Papua membuatnya dikenal sebagai figur tegas di bidang keamanan, yang menjadi modal utama dalam Pilgub.

Birokrat Berpendidikan Tinggi

Aryoko Alberto Ferdinand Rumaropen, lahir di Papua (detail tanggal lahir tidak banyak dipublikasikan), merupakan birokrat karir dengan latar belakang akademik kuat di bidang perencanaan dan sumber daya manusia. Ia meraih gelar Sarjana Pertanian (S.P.), Magister Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2007, dan Doktor Ilmu Sosial dari Universitas Cenderawasih (Uncen) pada 2021. Pendidikannya menekankan pengembangan wilayah berkelanjutan, yang selaras dengan visi pembangunan Papua.

Karier Aryoko difokuskan di pemerintahan Provinsi Papua, terutama di sektor pengembangan sumber daya aparatur. Ia menjabat sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) atau Badan Pengembangan Sumber Daya Aparatur, di mana ia bertanggung jawab atas pelatihan dan peningkatan kompetensi pegawai negeri.

Pengalaman ini membuatnya diusung Partai Demokrat sebagai calon wakil gubernur, dengan dukungan luas dari 15 partai lain seperti Golkar, NasDem, PAN, Perindo, PKB, PKS, Gerindra, dan PPP. Sebagai kader Demokrat, Aryoko dikenal sebagai figur yang harmonis dan inklusif, melengkapi profil keamanan Mathius dengan keahlian birokrasi dan perencanaan.

Perpaduan "Mari-Yo"  Kampanye Intensif dan Visi Bersama

Pasangan ini resmi diumumkan pada Agustus 2024, didukung aliansi "KIM Plus" (koalisi partai mayoritas dengan 86% suara sah Pemilu 2024). Kampanye mereka dimulai sejak tahap pendaftaran, dengan strategi tatap muka gencar di seluruh Papua. Mereka mengunjungi Supiori, Biak Numfor, Jayapura, Keerom, dan Waropen, menekankan isu anak Papua menjadi ASN, pengembangan SDM, dan keamanan.

Pada Oktober 2024, "Mari-Yo" menggelar ratusan agenda kampanye, termasuk dialog dengan masyarakat adat dan pemuda, sambil mengapresiasi kader partai pendukung. Visi mereka, "Transformasi Papua Baru yang Maju dan Harmonis", mencakup Papua Sehat, Papua Cerdas, dan Papua Produktif melalui inovasi SDA berkelanjutan.
Pilgub 27 November 2024 berlangsung ketat:

"Mari-Yo" kalah tipis dari paslon Benhur Tomi Mano-Yermias Bisai (49,32% vs 50,68%). Namun, gugatan PHPU ke MK pada Desember 2024 membuahkan PSU pada 6 Agustus 2025, setelah diskualifikasi Yermias Bisai karena syarat pencalonan tak sah. Di PSU, "Mari-Yo" menang dengan 50,40% (259.817 suara), unggul tipis 4.134 suara. Gugatan lanjutan dari lawan ditolak MK pada 17 September 2025, dan KPU menetapkan mereka terpilih pada 20 September 2025. DPRP mengumumkannya secara resmi pada 23 September 2025.

Janji Merangkul Semua Pihak

Hingga Oktober 2025, pasangan ini meminta masyarakat meninggalkan perbedaan pasca-sengketa, fokus membangun persaudaraan. Mathius berjanji merangkul semua kelompok untuk Papua maju, sementara Aryoko menekankan transformasi birokrasi.

Pelantikan hari ini tanggal 8 Oktober 2025 di Istana Negara  untuk 5 tahun kedepan  adalah perjalanan panjang dari pengalaman kepolisian Mathius hingga birokrasi Aryoko, ditambah kampanye habis-habisan membuktikan ketangguhan mereka di tengah dinamika politik Papua yang kompleks.*