TIMIKA,wartaplus.com - PT Freeport Indonesia (PTFI), yang merupakan salah satu tambang tembaga dan emas terbesar di dunia. Namun, operasi tambang bawah tanah dan terbuka di wilayah pegunungan dan bawah tanah ini sering kali disertai risiko tinggi, termasuk longsor, runtuhan terowongan, dan kecelakaan peralatan berat.
Dari berbagai sumber yang diperoleh wartaplus.com kecelakaan kerja di Freeport telah merenggut puluhan nyawa selama dua dekade terakhir. Insiden paling parah terjadi pada 2013, dengan 28 pekerja tewas akibat runtuhan terowongan.
Secara keseluruhan, setidaknya 50–60 kematian terkait kecelakaan kerja tercatat sejak 2005, meskipun angka resmi bisa lebih tinggi karena beberapa insiden tidak dipublikasikan secara luas.
Kronologi Utama Kecelakaan Kerja 2005–2025
2006–2010: Serangkaian Insiden Kecil dan Longsor Awal
Periode ini mencatat beberapa longsor di tambang terbuka Grasberg, termasuk satu insiden pada 2006 yang menewaskan 8 pekerja akibat longsor batuan. Data Kementerian ESDM menunjukkan peningkatan kecelakaan secara nasional di sektor pertambangan, dengan Freeport berkontribusi signifikan.
Pada 2009, ledakan di tambang batu bara terkait (bukan langsung Freeport) menewaskan 28 orang, tapi memengaruhi operasi di Papua. Total kematian di Freeport sekitar 10–15 orang, terutama dari jatuh dari ketinggian atau tertimpa material.
2013: Bencana Terburuk – Runtuhan Terowongan Big Gossan
Pada 14 Mei 2013, runtuhan terowongan di fasilitas pelatihan Big Gossan (level 3020) menewaskan 28 pekerja dari 38 yang terjebak. Insiden terjadi pukul 07:30 WIT saat pelatihan keselamatan, menyebabkan operasi tambang dihentikan selama tiga bulan.
Penyelidikan pemerintah menemukan penyebab utama adalah instabilitas geologis dan kurangnya pemantauan struktural. Dua minggu kemudian, pada 31 Mei 2013, satu pekerja lagi tewas tertimpa lumpur di area serupa. Total 29 kematian tahun itu, memicu protes buruh dan tuntutan ratifikasi Konvensi ILO 176 tentang keselamatan tambang. Evakuasi selesai pada 21 Mei, dengan korban diberi beasiswa anak dan prioritas kerja bagi keluarga.
2014: Empat Kematian di Deep Ore Zone (DOZ) dan Longsor Lain. Pada 27 Juni 2014, empat pekerja tewas di tambang bawah tanah DOZ akibat runtuhan batuan. Pada 12 September 2014, longsor di West Muck Bay menewaskan satu orang lagi. Insiden ini memicu blokade pekerja pada Oktober 2014, menuntut peningkatan keselamatan.
Industri ALL Global Union mengkritik Freeport dan mitra Rio Tinto atas "kurangnya komitmen" terhadap keselamatan, dengan total 5 kematian tahun itu. Pemerintah menghentikan operasi terbuka selama seminggu untuk investigasi.
2015: Kecelakaan Kendaraan dan Rockfall
Pada Januari 2015, satu pekerja tewas akibat rockfall (batuan jatuh). Total kematian kumulatif sejak 2013 mencapai 39 orang dalam dua tahun, menurut IndustriALL. Insiden lain termasuk tabrakan kendaraan berat yang menewaskan empat pekerja pada satu kasus. Freeport menangguhkan operasi sementara dan menyalahkan "kelalaian pekerja" dalam email internal, tapi serikat buruh menuntut akuntabilitas manajemen.
2016–2019: Insiden Sporadis dan Protes Buruh
Periode ini lebih tenang, tapi masih ada kasus seperti kebakaran peralatan dan jatuh dari ketinggian. Pada 2017, pemogokan buruh (8.300 pekerja) terkait PHK sepihak memengaruhi keselamatan, dengan tuduhan pencabutan BPJS Kesehatan yang memperburuk kondisi korban kecelakaan. Total kematian sekitar 5–10, termasuk satu pada 2018 akibat ledakan di fasilitas pendukung.
2020: Jatuh dari Ketinggian
Pada Desember 2020, karyawan PT Eksplorasi Nusa Jaya (kontraktor Freeport) bernama Edi Ruslandi tewas jatuh dari ketinggian 40 meter di Mile Point 61, Tembagapura. Investigasi polisi dan Freeport menemukan kelalaian peralatan pengaman. Ini menyoroti risiko bagi pekerja kontraktor.
2021–2024: Fokus Keselamatan, Tapi Insiden Tetap Ada.
Freeport mencapai milestone 69 juta jam kerja aman tanpa kecelakaan fatal di proyek smelter Gresik (2024), dan menerapkan Bulan Keselamatan Kesehatan Kerja Nasional (BK3N) dengan pelatihan. Namun, pada Oktober 2024, kebakaran di pabrik asam sulfat Gresik menimbulkan kekhawatiran, meski tanpa korban jiwa. Total kematian rendah (kurang dari 5), tapi kritik tetap muncul soal pelanggaran K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan dampak PHK 2017 yang meninggalkan 8.300 buruh tanpa jaminan kesehatan penuh.
2025: Insiden Terbaru – Longsor di Grasberg Block Cave.
Pada 8 September 2025, longsor lumpur basah (wet muck) di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave menjebak tujuh pekerja sejak pukul 22:00 WIT. Hingga 17 September 2025, evakuasi terkendala volume material longsor yang besar (lebih dari perkiraan), dengan tim menggunakan alat berat, bor, dan drone. Lokasi korban diketahui, tapi komunikasi terputus; Freeport memastikan mereka aman sementara. Operasi dihentikan, dan tim gabungan (Kementerian ESDM, MIND ID, Freeport-McMoRan, pemerintah Papua) terlibat. *