
JAYAPURA,wartaplus.com — Di tengah upaya membangun kembali kepercayaan antara negara dan masyarakat Papua, kehadiran Satgas Damai Cartenz-2025 dalam prosesi adat pengantaran emas kawin Papua Saireri-Serui menjadi simbol pendekatan baru: merangkul budaya sebagai jalan menuju perdamaian.
Acara yang berlangsung di Kelurahan Tanjung Ria, Distrik Jayapura Utara, bukan sekadar seremoni adat, melainkan panggung nyata rekonsiliasi simbolik antara aparat keamanan dan warga. Dalam balutan busana adat, perwakilan Satgas Damai Cartenz tak hanya hadir sebagai pengawal keamanan, melainkan ikut menjadi bagian dari prosesi, menandakan keterlibatan yang lebih dalam: mendengar, merasakan, dan menghormati.
Brigjen Pol Dr. Faizal Ramadhani, Kepala Operasi Damai Cartenz, menekankan bahwa Papua tidak bisa didekati hanya dengan pendekatan keamanan semata. “Kami hadir bukan hanya sebagai penjaga, tetapi sebagai bagian dari masyarakat yang ingin damai ini tumbuh dari akarnya—yakni adat dan budaya,” ujarnya.
Pendekatan budaya ini menjadi langkah strategis di tengah ketegangan dan ketidakpercayaan yang selama ini mewarnai hubungan antara negara dan sejumlah komunitas di Papua. Dalam pandangan Kombes Pol Yusuf Sutejo, Kasatgas Humas Damai Cartenz, kunci keberhasilan bukan hanya pada stabilitas wilayah, tetapi pada hubungan emosional yang dibangun melalui penghormatan terhadap warisan lokal.
“Adat bukan sekadar ritual, ia adalah bahasa kepercayaan masyarakat terhadap dunia sekitarnya. Bila kami bisa hadir dan diterima dalam ruang adat, maka kami telah melangkah satu langkah lebih dekat menuju Papua yang benar-benar damai,” tuturnya.
Acara adat ini menjadi pengingat bahwa perdamaian tidak dibangun hanya dengan senjata dan hukum, tetapi juga dengan hati yang mampu memahami nilai-nilai leluhur. Dan di Jayapura, pada Jumat itu, langkah kecil menuju Papua yang lebih utuh telah diambil melalui iringan emas kawin, irama tifa, dan perjumpaan yang manusiawi.