MULIA, wartaplus.com - Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah menghentikan pelayanan kemanusiaan di tengah konflik sosial yang terjadi akibat Pilkada yang hingga kini masih terus berlanjut.
Ketua Relawan PMI Puncak Jaya, Nelson Wonda dalam keterangan persnya, Kamis (06/03/2025) menegaskan, langkah ini diambil setelah pihaknya banyak mendapatkan intimidasi, ancaman dari dua kubu pendukung paslon yang terlibat bentrok. Ini sangat disayangkan, mengingat tugas relawan yang berada di garda terdepan dalam menolong para korban bentrok.
"Sejak kejadian bentrok pasca pilkada 27 November 2024 lalu, sampai pada hari ini kami telah melakukan pelayanan kemanusiaan dimana kami hanya menolong orang yang terdampak (korban) akibat bentrok tersebut. Karena itu merupakan kewajiban kami," aku Nelson.
Namun, lanjutnya, sangat disayangkan karena timnya banyak mendapat ancaman baik dari kubu paslon 01 maupun 02.
"Bahkan tim kami yang di lapangan, sempat hampir di panah, dan ini sangat disayangkan. Padahal kami bekerja sudah sesuai tugas kami," keluhnya prihatin.
Menurutnya, karena sudah mengancam keselamatan tim relawan, sehingga ia mengimbau kepada paslon 01 Yuni Wonda - Mus Kogoya dan paslon 02, Miren Kogoya - Wendi Wonorengga agar dapat menyampaikan kepada seluruh massa pendukungnya masing masing, untuk tidak melakukan hal hal seperti mengintimidasi dan mengancam tim relawan PMI Puncak jaya.
"Oleh karena itu saya Ketua Relawan telah mengambil sikap bahwa mulai hari ini tidak akan melakukan pelayanan seperti biasa yang dilakukan, sampai kami menunggu klarifikasi dari paslon 1 dan 2 yang telah mengancam kami di jalan maupun di bandara," tegasnya.
Lanjut Nelson, selama konflik berlangsung pihaknya telah menyatukan pelayanan di Rumah Sakit untuk bisa menangani massa yang menjadi korban baik paslon 01 maupun 02.
"Namun karena situasinya tida memungkinkan dan jumlah korban yang cukup banyak, sehingga kami mengambil strategi lain dengan menempatkan dokter di sejumlah titik baik itu di kubu paslon 01 maupun 02," bebernya.
Nelson kembali menegaskan, pihaknya akan tetap menunggu klarifiksi dari paslon 01 maupun 02, untuk kemuudian bisa melanjutkan pelayanan kemanusiaan terhadap masyarakat yang terdampak akibat konflik sosial ini.
Untuk diketahui akibat konflik yang terjadi setidaknya ada empat orang warga meninggal dunia, ratusan orang luka luka, puluhan bangunan yang terdiri dari rumah, kios toko, mess pegawai bahkan sekolah dibakar.
Aparat keamanan TNI Polri terus berupaya melerai dua kubu yang bertikai, bahkan rutin menggelar patroli dan razia alat perang dan sajam di seputaran kota Mulia, namun sayangnya upaya itu belum berhasil meredam aksi saling serang. Bahkan saat ini ribuan massa pendukung kedua paslon yang berasal dari kampung kampung telah memenuhi kota mulia.
Sebagian besar masyarakat khususnya warga nusantara juga masih mengungsi baik di Mapolres maupun di Kodim setempat.**