Sahabat Baru di Pegunungan Bintang

Bripda Wahyu duduk bersila di tanah, tersenyum lebar saat seorang bocah kecil menggenggam tangannya erat/Istimewa

OKSIBIL,wartaplus.com - Udara dingin khas pegunungan menyelimuti Posko Operasi Damai Cartenz-2025 di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang. Sinar matahari pagi menembus sela-sela kabut tipis, menerangi halaman posko yang ramai dengan canda tawa anak-anak setempat. Di antara mereka, Bripda Wahyu duduk bersila di tanah, tersenyum lebar saat seorang bocah kecil menggenggam tangannya erat.

“Ayo, ajari saya cara membuat pesawat dari kertas,” ujar Wahyu, suaranya lembut dan penuh kehangatan. Anak kecil itu mengangguk antusias, mengambil selembar kertas dari saku celananya, lalu mulai melipatnya dengan cekatan.

Sejak kehadiran Satgas Ops Damai Cartenz-2025, suasana di Pegunungan Bintang perlahan berubah. Jika dulu kecemasan menghantui warga, kini tawa anak-anak kembali terdengar di sudut-sudut kampung. Kehadiran para aparat tak lagi dianggap menakutkan, melainkan membawa rasa aman dan kebersamaan.

Di kejauhan, Kombes Pol. Adarma Sinaga, S.I.K., M.Hum., menyaksikan pemandangan itu dengan senyum bangga. Ia memahami bahwa keamanan bukan sekadar menjaga ketertiban, tetapi juga membangun kepercayaan dan hubungan yang harmonis dengan masyarakat.

"Kami tidak hanya hadir untuk menjaga keamanan, tetapi juga ingin menjadi bagian dari kehidupan mereka. Dengan hubungan yang baik, Papua akan semakin damai, dan masyarakat dapat menjalani hidup dengan lebih tenang," ungkap Kombes Adarma Sinaga.

Selain menjaga stabilitas, Satgas Ops Damai Cartenz-2025 juga aktif dalam berbagai program sosial dan edukasi. Mereka percaya bahwa pendekatan humanis adalah kunci untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan di tanah Papua.

Saat sore menjelang, Bripda Wahyu masih duduk bersama anak-anak, kali ini bercerita tentang cita-cita mereka. “Aku ingin jadi dokter,” kata seorang bocah perempuan malu-malu. “Kalau aku, ingin jadi polisi seperti Kakak,” sahut yang lain dengan penuh semangat.

Wahyu tersenyum. Di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk kota, ia menemukan arti lain dari tugasnya: menjadi sahabat bagi mereka yang membutuhkan rasa aman dan harapan.