Sidak ke Pasar Tradisional Nabire, Anwar Damanik Beri Apresiasi Pedagang Berhasil Tekan Inflasi

Salah seorang pedagang di pasar tradisional Kalibobo yang memperlihatkan cabai frozen/Humas Papua Tengah

NABIRE, wartaplus.com - Pemerintah Provinsi Papua Tengah memberikan apresiasi para pedagang tradisonal di Kabupaten Nabire yang ikut berperan dalam menekan harga inflasi.

Dimana dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) angka inflasi di Provinsi Papua Tengah angka inflasi Year on Year (y-on-y) mencapai 5,39 persen.

Penjabat Sekda Provinsi Papua Tengah, Anwar Harun Damanik, S.STP., MM mengatakan komoditi pangan seperti cabai tomat dan bawang merupakan komoditi penyumbang naiknya angka inflasi di Provinsi Papua Tengah. Saat ini angka inflasi y-on-y khusus di Kabupaten Nabire berada di angka 7,58 persen.

Ia menjelaskan dari hasil pengamatan di pasar tradisonal seperti di Pasar Kalibobo saat ini harga komoditi pangan seperti cabai, tomat dan bawang sudah mulai turun dan mendekati harga normal.

“Dari hasil pengamatan kami di pasar, stok komoditi pangan seperti cabai, tomat dan bawang saat ini baik. Bahkan para pedagang melakukan inovasi seperti cabai frozen, sehingga dapat mencegah kerusakan. Selain itu para pedagang juga dapat memperbanyak setok. Langkah-langkah ini tentu patut kita berikan apresiasi,” jelasnya, Jumat (28/06/2024).



Anwar Damanik menerangkan, cabai merupakan komoditi pangan penyumbang inflasi tertinggi di Papua Tengah. Beruntungnya berkat inovasi yang dilakukan para pedagang di Kabupaten Nabire, kini harga cabai bisa mencapai Rp 60.000 perkilogram.

“Kita akan terus berkoordinasi dengan semua stahkolder untuk menurunkan angka inflasi. Selain itu kita berharap para petani juga meningkatkan hasil panennya, sehingga kedepan setok pangan kita bisa diperoleh petani lokal,” harapnya.

Harga Komoditi Pangan di Pasar Kalibobo seperti cabai rawit saat ini berada di harga Rp 50.000/kg, cabai merah Rp 70.000/kg, bawang merah dan bawang putih Rp 50.000/kg dan tomat Rp 25.000/kg. Komoditi pangan ini kebanyakan didatangkan dari Makasar dan Surabaya.

“Dengan melakukan metode cabai frozen, membuat kita lebih leluasa memperbanyak setok. Kita sudah tidak takut dagang rusak atau busuk. Selain itu banyak juga peminatnya. Walau kita harus menyiapkan freezer dan tenaga untuk memetik tangkai cabai. Tapi ini efektif untuk menekan harga dan kelangkahan,” ungkap Pak Salam salah seorang pedagang di Pasar Kalibobo.

Ia menjelaskan, untuk harga modal jika dibeli dari petani lokal di Nabire, harga cabai rawit saat ini berada di kisaran Rp 120.000. Namun dengan mengunakan metode frozen ini pihaknya tetap membeli dan menjualnya dengan harga murah.

“Memang kalau petani lokal menjual dengan harga tinggi. Namun kita tetap membelinya dan digabung dengan setok cabai yang kita beli dari Makassar. Ini kita lakukan untuk menstabilkan harga dan mencegah kelengkahan cabai. Bahkan guna menekan harga cabai yang sempat diangka Rp 100.000 dibulan lalu, kita  memperbanyak setok dengan pengiriman pesat,” jelasnya.



Sedangkan Gunarti pedagang lainnya di Pasar Kalibobo menuturkan, metode cabai frozen ini sangat membantu menstabilkan stok. Kini pihaknya bisa mendatangkan cabai dari Pulau Jawa dengan jumlah yang besar.

“Kita di Nabire inikan bahan pangan masih banyak bergantung dari daerah di luar Papua. Sementara pengirimannya dengan menggunakan kapal dan memakan waktu. Cabai itu gampang rusak, namun dengan kita bekukan dapat bertahan 1 bulan,” tuturnya.

Ia menerangkan para pedagang juga senang membeli cabai frozen. Pasalnya cabai tersebut tinggal di olah, lantaran tangkainya sudah dipetik. “Saat ini saya sudah memiliki freezer 9 unit, sehingga dapat membuat setok yang banyak, guna mencegah terjadinya kelangkahan yang mengakibatkan harga melonjak,” pungkas Gunarti.(adv)