SENTANI, wartaplus.com – Kapten Hari Permadi, pilot pesawat SAM Air PK-SMW yang alami kecelakaan di hutan Yalimo, Papua Pegunungan diketahui merupakan seorang yang memiliki dedikasi tinggi untuk melayani masyarakat Papua.
Almarhum diketahui sudah belasan tahun terbang di Papua dengan beberapa maskapai perintis. Bahkan ia sudah terbang ke seluruh kabupaten di Papua.
“ Beliau adalah pilot berpengalaman di Papua. Dia sudah terbang hampir ke seluruh kabupaten di Papua. Dedikasinya sangat tinggi untuk melayani masyarakat Papua,” ungkap Direktur Utama PT. SAM Air, Wagus Hidayat, mengenang sosok sahabatnya.
Dayat menjelaskan, almarhum Kapten Hari Permadi bergabung bersama SAM Air dan menjadi pilot sejak tahun 2018. Beliau juga adalah seorang instruktur pesawat yang memiliki banyak murid pilot pilot muda.
“Kapten Hari bergabung bersama kami sejak tahun 2018 lalu dan dikenal sebagai seorang instruktur bagi pilot-pilot muda di SAM Air,” jelas Dayat.
Namun pada tahun 2020, ia berhenti karena trauma akibat setelah sempat ditahan dan ditodong senjata oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), saat terbang ke Intan Jaya, Papua Tengah.
“ Dia sempat berhenti karena trauma ditodong senjata oleh kelompok bersenjata di Intan Jaya tahun 2020 lalu. Namun pada Januari 2023 ia kembali bergabung ke Sam Air,” katanya.
Duka Mendalam
Dayat pun menyampaikan turut berduka atas gugurnya Kapten Hari bersama Kopilot Levi Murib dan empat penumpang lainnya.
“Atas nama menajemen Sam Air, kami menyampaikan duka mendalam atas insiden yang terjadi yang menyebabkan korban jiwa,” ucapnya sedih.
Almarhum Kapten Hari Permadi lahir di Biak, 41 tahun silam, memiliki seorang istri bernama Suriati dan dua orang putra putri bernama Zahfa dan Zalwa.
Beliau berasal dari keluarga pilot, ayahnya yang sudah almarhum merupakan pilot senior dari maskapai Trigana Air Service dan ketiga adiknya juga berprofesi sama sebagai seorang pilot.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat jenis Caravan milik PT.SAM Air alami kecelakaan menabrak tebing, di Distrik Welarek, Yalimo pada Jumat (23/06) pagi.
Saat itu, pesawat yang diawaki oleh Pilot Capt. Hari Permadi dan Co-pilot Levi Telenggen dan membawa penumpang yaitu Petrus Kepno, Ebet Halerohon, Roni Halerohon dan Tromina Halerohon, terbang dari bandara Elelim menuju kampung Poik, Distrik Welarek.
Namun setelah terbang kurang lebih 7 menit, pesawat dikabarkan hilang kontak. Pesawat ditemukan pada pukul 4 sore di lokasi tebing curam dengan kondisi hancur dan terbakar.
Evakuasi korban sempat terkendala medan yang sulit dan cuaca ekstrem, sehingga baru berhasil dilakukan pada Selasa (27/06). Proses evakuasi dan pencarian korban dilaksanakan Tim SAR gabungan yang terdiri dari 6 personil SAR dan 6 personil Kopasgat.**