JAYAPURA ,wartaplus.com - Asrama Mahasiswa Kabupaten Bintuni di Kota Jayapura yang berada di Jalan Expo Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura sudah 6 bulan di palang.
“Sudah hampir 6 bulan ini asrama kami di palang dan tidak ada lagi aktifitas di asrama,” kata Ketua Asrama Mahasiswa Bintuni di Kota Jayapura, Michael Ido saat ditemui Jumat (28/10/2022) malam.
Menurut Michael, asrama Bintuni di palang sejak bulan April 2022 hingga saat ini. Karena di palang, maka mahasiswa yang ada di asrama sebagian harus mencari kos dan sebagian lagi, terutama perempuan harus menginap di 6 kamar milik warga yang disewa sementara oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bintuni untuk tinggal.
“Penghuni yang ada di asrama setelah di palang asramanya, sebagian tinggal di 6 unit kamar milik warga yang disewakan oleh Pemda Bintuni sementara waktu. Lainnya harus tinggal di kos,” tuturnya.
Pemalangan Asrama
Michael menjelaskan, pemalangan Asrama Bintuni di Kota Jayapura ini dilatar belakangi oleh masalah kecelakaan yang melibatkan penghuni pada 2021 yang lalu.
Di mana salah seorang penghuni yang merupakan pelaku berinisial FW membawa rental mobil dalam penilaian pengendara sepeda motor yang mengakibatkan korban berinisial PK meninggal dunia.
Keluarga korban menuntut untuk dilakukan pembayaran. Pada tahun 2021 baru diselesaikan sebagian kecil dari nominal yang diberikan oleh keluarga korban kepada pelaku.
“Waktu bulan Agustus setelah 2021 kasus kecelakaan itu, keluarga pelaku membayar denda sebagian dan menyelesaikannya pada Maret 2022,” jelasnya.
Namun kata Michael, pada bulan Maret 2022 teryata keluarga pelaku tak janji bersama penyelesaian permasalahan ini sesuai kesepakatan awal keluarga korban.
“Pada bulan April 2022, Keluarga korban mendatangi Asrama Bintuni dan melakukan pemalangan hingga hari ini belum dibuka palangnya,” tulisnya.
Upaya Mahasiswa
Menurut Michael, permasalahan ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan asrama, tetapi karena pelaku saat itu merupakan penghuni asrama, sehingga kini asrama yang di palang.
Michael bersama para penghuni di asrama sendiri sudah melakukan langkah-langkah dengan berbicara kepada keluarga korban agar asrama bisa dibuka, tetapi sampai saat ini belum dibuka.
Selain itu, mendapatkan kunjungan kapada Pemerintah (Pemda) untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini, tetapi belum juga respons yang positif.
“Kami sudah melakukan pendekatan dengan keluarga korban, tetapi belum juga berhasil. Kami juga sudah berusaha menyampaikan kepada Pemda Bintuni, tetapi mereka bilang kasus itu bukan tanggung jawab pemda. Kami juga sudah menghubungi keluarga pelaku, tetapi tidak di respon hingga saat ini,” tulisnya.
Michael mengatakan, kini setiap mahasiswa Bintuni di Kota Jayapura harus mengandalkan uang beasiswanya untuk membayar keluarga korban, sehingga asrama bisa buka kembali.
Ia menegaskan, pembayaran yang dilakukan dari sumbangan para mahasiswa ini sebenarnya hanya untuk membuka palang di asrama dan mahasiswa bisa kembali tinggal. ini di luar denda yang diberikan oleh keluarga korban kepada keluarga pelaku.
“Setiap mahasiswa yang tinggal di penginapan sementara yang ditanggung oleh pemda kami bebankan 1.000.000,-, yang di kos 500.000,- dan bagi mahasiswa Bintuni yang baru datang kami bebankan 200.000,-. Sumbangan ini bagi upayakan untuk asrama ke keluarga korban agar bisa membuka kembali,” ujar Michael.
Michael menyatakan, menanti saat ini menunggu keluarga korban untuk datang dan akan menyerahkan dana yang dikumpulkan mahasiswa, sehingga pemalangan terhadap asrama bisa dibuka kembali.
Tak hanya itu, Michael mengatakan, dirinya bersama beberapa mahasiswa Bintuni siap untuk membawa keluarga korban ke Bintuni, sehingga bisa bertemu dengan keluarga pelaku di sana.
“Kami sudah sampaikan untuk nanti akan membantu membawakan keluarga korban ke Bintuni, agar bertemu dengan keluarga pelaku sehingga kejadian-kejadian ini dapat diselesaikan, sehingga asrama tidak boleh di palang lagi,” katanya.
Harapan Bantuan Pemda
Michael mengatakan selama ini melihat foto masalah ini ke Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bintuni, tapi belum ditanggapi hingga saat ini.
Bahkan, meminta agar pemda bisa turun bertemu dengan keluarga korban agar dapat mencari solusi, sehingga Asrama Bintuni di Kota Jayapura tak di palang, tapi hingga saat ini belum juga di respon.
“Kami sudah keluargakan masalah ini ke pemda untuk turun langsung, agar bertemu dengan korban dan mencari solusi penyelesaian masalah ini. Hal ini agar asrama tidak di palang,” tulisnya.
Kata dia, Pemda Bintuni justru hanya merespons 6 kamar untuk penginapan sementara para penghuni asrama selama 6 bulan ini. Sementara 6 kamar yang dikos ini tidak muat untuk semua penghuni. Terpaksa ada penghuni lain yang harus mencari kos untuk tinggal.
“Pemda Bintuni hanya membayar 6 kos rumah dalam sebulan 10.000.000,- selama bulan April-Oktober dan diperpanjang sampai Desember 2022. 6 kamar di kos ini tidak muabah untuk penampung semua penghuni asrama,” kata Michael.
Michael berharap, pemda bisa turun langsung dan melihat permasalahan ini, sehingga mahasiswa bisa kembali dan tinggal di asrama. Karena selama 6 bulan ini mahasiswa yang merupakan penghuni asrama terpaksa harus mencari tempat tinggal.
“Kami berharap pemda bisa serius untuk membantu kami menyelesaikan permasalahan ini, sehingga kedepan Asrama Bintuni di Kota Jayapura tidak di palang lagi,” harapnya.*