Ustad Asso Merajut Asa, Meredam Amarah

Uztad Ismail Asso/Facebook

SUDAH beberapa hari terakhir ini saya ikuti "polemik dan debat" ringan seputar aktivitas saudara kita Ustaz Ismel Asso.

Sebaiknya kitorang jangan saling baku marah tetapi ambil waktu tenang utk merenung juga berefleksi. Jangan cepat emosi dan cepat-cepat gas beri tanggapn!

1. Saya ikuti secara teliti bhwa  Kk Ismael ini dulu dulunya tampil "halus" tapi mengapa akhir-akhir ini dia terkesan "garang" dan sangat berani dengn argumen argumen yang kuat, masuk akal dan tak tertandingi?

2. Sepertinya dia sebagai tokoh agama terpanggil nuraninya untuk tampil seperti, mengapa?

3. Karena mungkin saja, ada tokoh atau pemimpin agama di pihak sebelah yng penampilannya selama ini terasa dan terkesan "galak-menyerang-mencacimaki-mengutuk- menuduh - menzolimi, dll" terhadap sesama yang adalah Ciptaan Tuhan juga.

Penampilan oknum tokoh atau oknum pemuka agama itu sangat-sangat sering menyinggung perasaan dan nurani sesama. Dan terkesan, tidak ada tokoh agama atau sesama yang lain yang menasihati, mengingatkan dan menegur sebagai saudara.

4. Untuk itulah Uztad Ismail Asso tergerak hati untuk berani tampil mungkin (hanya) untuk mengimbangi agar rekan-rekan lainnya dan kita-kita yang lain pun tahu bahwa masih ada orang lain yng hidup bersamasama berdampingan di muka bumi ini yang tidak ingin terus menerus dikritik tanpa jaga perasaan, penuh curiga dan dengki.

5. Uztad Ismail Asso mingkin saja tampil dalam situasi ini utk menjwabi konteks hari ini dan suasana kehidupn bersama hari ini.

6. Mungkin setelh berakhirnya "hingar-bingar" hari-hari ini maka berakhir juga penampilan Uztad Ismail yng terkesan "sangar dan berani" ini.

Jadi kita harus tenang-tenang merenung "Fenomena Ismail Asso" soudara kita ini.
Sepertinya Uztad Ismail Asso tahu dan sangat-sangat yakin bahwa "kitorang bersodara" bersodara" dalam imna monoteisme dimana Bapak Bangsa Ibrahim/Abraham adalah soko guru Iman Monotesme itu:"menyembah satu Allah Yang Maha Esa".

Salam Solidaritas Universal!

 

* Pieter Tukan, mantan Kabiro Antara Papua