JAYAPURA, wartaplus.com – Agenda Jurnalis Bicara atau Journalist Speak Up yang digelar oleh sejumlah jurnalis (wartawan) di Jayapura, Papua, pada 27 dan 28 Agustus 2022 lalu diharapkan dapat memunculkan jurnalis warga, yang bisa menumbuhkan literasi yang lebih baik, dan tidak terjebak menjadi pelaku penyebar hoax.
Kegiatan yang digelar di Pondok Konservasi Rumah Bakau Jayapura di kawasan pantai Hamadi, Kota Jayapura ini, diikuti oleh mahasiswa, pegiat media sosial dan masyarakat umum. Kegiatan dibuka oleh Ketua DPR Papua, Johny Banua Rouw.
Dalam kesempatannya, Jhony Banua Rouw menitipkan pesan bahwa dari teknologi yang semakin pesat, haruslah diimbangi dengan pemahaman terkait aturan main, agar tidak terjebak pada hal-hal yang merugikan diri sendiri.
“Ini hal baru bagi saya, selama ini belum pernah menghadiri kegiatan yang berbau jurnalis karenanya saya menganggap kegiatan ini positif sekali apalagi diinisiasi oleh mereka (wartawan,red) sendiri,” ujarnya.
Ketua DPR Papua, Jhony Banua Rouw
Ia memberikan apresiasi, bahwa dalam kegiatan ini para peserta juga diajarkan untuk bagaimana menulis berita, bagaimana membuat konten berita online termasuk bagaimana menangkap momen yang dikategorikan sebagai foto jurnalistik.
Jhony berharap kepada para peserta maupun masyarakat pada umumnya, agar dalam menerima informasi yang belum sepenuhnya faktual (jelas,red) baik di media sosial maupun pesan whataap, jangan langsung dibagikan. Pasalnya, jika ternyata beritanya tidak benar, maka informasi tersebut bisa saja bersifat hoax dan yang menyebar bisa menjadi pelaku kejahatan ITE.
“Jari ini kadang sulit sekali ditahan tapi sebisa mungkin bisa lebih bijak,” pesannya.
Salah satu nara sumber, Dr. Nahriah menambahkan bahwa sangat mudah untuk menimbulkan kegaduhan jika tidak memandang kaidah dan etika.
“Lalu untuk menulis nama korban sebisa mungkin tetap mengedepankan praduga tak bersalah,” kata Dosen STIKOM Muhammadiyah Kota Jayapura ini.
Fabio Lopes selaku pemateri, menaruh harap agar melalui kegiatan Jurnalis Bicara ini muncul jurnalis warga yang bisa menumbuhkan literasi yang lebih baik dan tidak terjebak menjadi pelaku penyebar hoax.
“Kami ingin warga semakin cerdas, mau membaca, dan mengklarifikasi informasi lebih dulu sebelum dishare,” ujar Fabio dari wartawan harian Kompas.
Kegiatan ini juga diisi oleh pihak Bank Indonesia yang memperkenalkan soal perkembangan perbankan serta uang baru dan juga dari Subdit V Ditreskrimsus Polda Papua yang memaparkan panjang lebar soal kejahatan dalam ITE.
Wartawan membagikan kisah liputannya
Menarik, karena dalam kegiatan ini sejumlah jurnalis membagikan kisah suka duka mereka selama melakukan tugas peliputan di lapangan.
Seperti kisah, Andi Riri, editor wartaplus.com yang pernah disandera di Mako Brimob karena kasus Uncen Berdarah 16 Maret 2006 silam.
"Saat itu saya digiring ke dalam Mako Brimob dan diinterogasi oleh banyak anggota dengan cara yang kasar, bahkan kepala saya sempat dipukul dengan botol air mineral. Saat itu, semua anggota dalam kondisi emosi karena sejumlah rekannya terbunuh. Peralatan kerja saya seperti kamera, tape recorder disita. Mereka mencurigai saya telah mengambil foto anggota Brimob, saat kerusuhan terjadi," cerita jurnalis perempuan yang akrab disapa Riri ini.
Kisah menarik lainnya juga diceritakan Roy Ratumakin, editor Tribun Papua, yang pernah harus menggimbal rambutnya karena akan melakukan tugas peliputan selama satu bulan ke Distrik Kuyawage, Lanny Jaya, yang menjadi tempat Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Salah seorang peserta, Tere mengaku sangat senang telah mengikuti kegiatan ini.
"Banyak ilmu yang kami dapat dari kegiatan ini, bagaimana seharusnya yang dilakukan ketika mendapatkan sebuah informasi di media sosial. Harus jadi netizen yang bijaklah, jangan asal bagikan, tanpa mengetahui kebenaran informasi itu terlebih dahulu," ujarnya.**