MANOKWARI,wartaplus.com - Penjabat Gubernur Papua Barat Komjen Pol (Pur) Drs Paulus Waterpauw M.Si memaparkan potensi-potensi investasi di Papua Barat kepada Menteri Investasi dan kepala BKPM Bahlil Lahadaida di Manokwari, Rabu (15/06/2022).
Potensi ini kata Gubernur Waterpauw agar mendapat perhatian untuk dipercepat dan segera direalisasikan. Potensi investasi tersebut adalah:
1. Investasi pabrik pakan ternak di Kabupaten Manokwari yang telah lama memiliki dokumen kajian, tanah clear dan clean menjadi prioritas.
2. Pabrik pupuk dan industri pala di Kabupaten Fakfak dan Kaimana
3. Pabrik pupuk di Fakfak dan Teluk Bintuni 4.
4. Industri pala di Fakfak dan Kaimana
5. Pertambangan nikel di Raja Ampat
6. Potensi Wisata Raja Ampat, Danau Anggi Pegunungan Arfak dan Triton Kaimana
7. Peternakan di Kebar, Bomberai dan Kabupaten Sorong
8. Pembangunan Smelter di kawasan KEK Sorong
9. Mengoptimalkan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia, OAP siap kerja.
10 Tanah dan lokasi investasi menjadi tanggung jawab/urusan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota.
11. Bahkan yang paling penting adalag ketersediaan energi listrik terbarukan untuk menyuplai kebutuhan investasi, akses transportasi dan telekomunikasi serta ketersediaan air bersih.
12. Minimal 1 proyek di setiap kabupaten/kota yang saat ini sedang dilengkapim dokumen kajian pro (investment project ready to offer).
Sumber daya alam yang melimpah kata Gubernur Waterpauw menjadi sesuatu yang harus disyukuri dan banggakan, tetapi tdak boleh terlena karena World Bank menyebutkan kontribusi sumber daya alam terhadap peningkatan daya saing daerah hanya 10 persen, selebihnya 90% adalah jejaring kerja, teknologi dan sumber daya manusia.
‘’Saya berharap dengan pelaksanaan rakor ini akan menghasilkan komitmen dan kesepahaman bersama dengan niat yag tulus dalam mempercepat peningkatan investasi di Papua Barat,’’ jelasnya.
Gubernur Waterpauw juga memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan I 2022 terkontraksi sebesar -1,01 persen dibandingkan dengan provinsi lainnya di Sulampua. ‘’Hanya Papua Barat yang mengalami pertumbuhan negative, hal ini disebabkan sector utama penyumbang pertumbuhan ekonomi terkontraksi negative seperti industry pengolahan, pertambangan penggalian, konstruksi serta pertanian, kelautan dan perikanan pada triwulan periode 2020-2022,’’ jelasnya.
Selain itu, kinerja eksport sejak triwulan ke-3 tahun 2021 hingga triwulan I tahun 2022 mengalami kontraksiu hingga negating atau penurunan hingga -1,73%.
Papua Barat terdiri dari 12 kabupaten dan satu kota, memiliki luas daratan 102.946,15 Km2 dengan jumlah penduduk 1.183.307 jiwa yang tersebar di wilayah Domberay dan Bomberay dengan rata-rata pertumbuhan pendduduk 3,94%. *