UDARA merasakan gerah, ingin merasakan dan merasakan udara segar. Nah, begitulah yang dirasakan tokoh Belu Raja Fulan Fehan, Alfons Deremali, ketika daerahnya, Fulan Fehan Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, dikunjungi Jenderal Paulus Waterpauw. Betapa tidak, karena Sang Jenderal, di mata Alfons, begitu akrab dengan warga.
Dikutip dalam buku “Komjen Pol. Drs. Paulus Waterpauw, M.Si. Mengabdi Dengan Hati -Jilid 2”, membuat masyarakat setempat pun merasa nyaman dan senang ketika kedatangan Sang Jenderal tersebut. Bukan hanya datang berkunjung dan berbasa basi, namun juga menebar harapan yang mudah dicerna dan bermakna.
“Rasanya, baru kali ini, pejabat dari pusat begitu dekat dengan rakyat di tempat kami!” Inilah yang dirasakan tokoh masyarakat Fulan Fehan ini. Seperti biasa, tatkala melaksanakan pelaksanaan, Paulus Waterpauw, berkunjung langsung ke lapangan. melihat, mendengar, dan ingin merasakan kondisi warga setempat. Kunjungan Sang Jenderal berbintang tiga yang datang dari Jakarta, bagi Alfons dan warga lainnya, serasa kedatangan saudara yang dirindukan.
Tamu yang datang sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah pusat, datang dengan begitu akrab, bertegur sapa dengan warga dan bersilaturahmi. Namun, tentu saja, warga pun mengerti bahwa kedatangan beliau di daerahnya, mengemban amanah negara untuk mengetahui apa yang terjadi di lapangan dan sekaligus mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi dan dirasakan masyarakat setempat. hasilnya? 'Tensi' rasa bahagia saat itu meningkat. Hal itu pun dirasakan warga Fulan Fehan yang spontan merasa senang dengan kedatangan beliau.
Detak Nadi Bahagia
Bagi Alfons Deremali dan warga lainnya, kehadiran Sang Jendral di daerahnya, menegaskan kembali bahwa tangan-tangan pemerintah bisa hadir di manapun demi warganya. Rasa warga pun bertambah, tatkala Sang Jenderal berkunjung ke tempat kerajinan pembuatan pakaian Belu atau Tais Belu di Nusa Tenggara Timur. Di sini pun tokoh Belu Raja Fulan Fehan, Alfons Deremali, merasakan detak nadi kebahagiaan masyarakat atas kedatangan Sang Tamu dari Jakarta.
Saat itu, Paulus Waterpauw begitu mengapresiasi kreativitas warga yang salah satunnya diwujudkan dengan kerajinan pembuatan Tais Belu. “Beliau pun tak segan-segan bahkan memberikan tambahan modal usaha secara pribadi bagi pengrajin,” kata Alfons.
Di mata Sang Jenderal, potensi ekonomi di perbatasan tersebut begitu beragam dan kaya. Lahan yang pinggiran nan indah, terhampar di sekeliling pemukiman masyarakat. Dalam pandangan Sang Pejabat, karakteristik masarakat lokal yang luar biasa, berpadu dengan kekayaan alam nan melimpah, akan merupakan modal kesejahteraan yang luar biasa! Pada pandang seperti itu, ia berharap agar masyarakat setempat harus mampu dan menjaga dan merawat warisan budaya baik adat/budaya maupun alamnya, agar apa yang dimiliki tetap lestari baik keadaan maupun manfaatnya.
Bagi Paulus Waterpaw, perpaduan alam dan budaya setempat, merupakan kekayaan yang unik yang akan menjadi daya tarik wisata istimewa. “Jadi, kami ingin menitip pesan kepada Bapak Raja, untuk dijaga kelestarian alam ini. Kalau memang akan ada pengembangan, tolong dimanfaatkan tetapi tidak merusak tatanan-tatatan alam yang ada disini yang begitu indah. Itu pesan saya!” ujar Sang Jendral kepada Alfons.
Tidak hanya di wilayah tapal batas Motaain Belu NTT, semilir angin segar pun mengikuti langkah Sang Jenderal tatkala berkunjung ke Kampung Skouw Yambe, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua, Di sini, Komjen Paulus Waterpauw meninjau tambak ikan air payau di Kampung Holtekamp dan pengolahan sagu.
Saat itu warga setempat begitu suka cita, tatkala Kakak Besar ini, memborong 175 tumang (1 karung 25 Kg) sagu dari warga setempat. Warga senang dan bangga pejabat pemerintah yang memborong sagu sebanyak itu. Betapa tidak, karena pembelian sagu seperti itu, bisa jadi angin segar yang akan menggairahkan aktivitas ekonomi, khusunya yang berkenaan dengan komoditas pertanian, terutama sagu yang merupakan produk populer dari Tanah Papua.
kebahagiaan
Rasa suka cita dirasakan oleh pengelola pabrik sagu di Kampung Skouw Yambe, Sostenes Rollo. Menurutnya, pesanan sebanyak itu menggairahkan warga penghasil sagu. Tentu, akan banyak yang mendapat manfaat dari pembelian hasil bumi tersebut, pengerjaanya pun dilakukan bersama kelompok masyarakat di perbatasan.“Kami sangat bangga dan senang karena ada yang pesan sagu di tempat kami,” ungkap Sostenes Rollo penuh haru. Kebahagiaan masyarakat atas kehadiran Komjen Paulus Waterpauw pun, bisa dirasakan di tempat-tempat lain, seperti di perbatasan di PLBN Sota, Kabupaten Merauke.
Di mana, masyarakat tidak hanya bertemu, tapi juga bisa langsung berkomunikasi, untuk menyampaikan permasalahan yang selama ini dirasakan, baik oleh para pelaku ekonomi seperti para pelaku pasar Sota, maupun oleh kelompok Deputi II BNPP Komjen Paulus Waterpauw berpakaian adat saat kunjungan kerja ke PLBN Sota Merauke.
Hasilnya, memang dalam penilaian Deputi II BNPP, keadaan di perbatasan PLBN Sota semakin berkembang baik. Keadaan batas wilayah sampai dengan infrastruktur yang membangun bisa membanggakan, dan apa Berdialog dengan pedagang pasar Sota yang kebijakan bapak Presiden bahwa pos batas atau lintas batas adalah serambi terdepan dari negara, saya pikir sudah bisa diwujudkan di PLBN Sota, Walaupun dalam beberapa hal masih perlu ada pengembangan, seperti pada bidang wisata budaya masyarakatnya.
Begitu juga di wilayah tengah Nusantara yang memanfaatkan darat dengan negara Malaysia di PLBN Aruk, Galing Sambas Kalimantan Barat, Sang Jenderal Paulus pun langsung bergerak untuk memastikan Kementerian Lembaga dan Pemerintah Daerah bersinergi melaksanakan program pelaksanaan sesuai amanat Presiden Joko Widodo sehubungan dengan Inpres 1/2021 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi pada Kawasan Perbatasan Negara.
Dalam kunjungannya ke Tanah Borneo, Komjen Paulus menyempatkan mengunjungi lokasi pembangunan atau revitalisasi pasar rakyat yang akan dilaksanakan Kementerian Perdagangan di Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Kita ingin, Dinas Perdagangan ide pemanfaatan pasar yang akan dibangun di Kecamatan Galing, dengan tidak memungut biaya kepada para pelaku tersebut saat harus dipindahkan ke tempat yang baru. Apakah mereka masih harus mengeluarkan uang lagi kalau mereka pindah ke lokasi ini? jika dipungut biaya, kami yakin tidak akan pindah,” sahut Sang Jenderal penuh harapan menjaga wilayah negara di setiap perbatasan negara, artinya pula hadirnya negara dalam meningkatkan kesejahteraan warganya.
Karena itu, ke perbatasan mana pun, atau sampai harus menempuh jarak sejauh apapun, Sang Jenderal Paulus pun selalu hadir sekaligus berdialog untuk saling menebarkan harapan. Hal demikian, sangat terasa, saat Sang Jenderal meninjau Pulau Fani, pulau terluar yang sangat langsung dengan Negara Palau. Pulau Fani tersebut masuk Distrik Ayau, Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat.
Menuju ke lokasi tersebut, memang mudah. Karena, perjalanan melalui laut pun harus dicapai lebih dari lima jam dengan menggunakan Kapal Cepat. Dengan Pengelolaan Bantuan Deputi Bidang Potensi Laut, Sriyanto, setibanya di Pulau Fani, Komjen Paulus disambut oleh Letnan Supriadi dari TNI Angkatan Laut, beserta 9 anak buahnya, mereka adalah prajurit Pengamanan Pulau terluar yang langsung dengan negara Palau.
Dengan suasana keakraban dan nyala, Paulus Waterpauw pun membuka dialog sekaligus mencatat beberapa masalah yang selama ini jadi kendala, yang kemudian segera akan dikoordinasikan dengan kementrian terkait. Namun demikian, hal yang terpenting, Sang Jenderal yang dilahirkan di Fakfak Papua Barat, apapun kendalanya, beliau mengajak para prajurit penjaga keamanan khususnya, untuk menunjukkan semangat dan kekuatan dalam menjaga kesatuan dan persatuan.
Hal ini agar kegiatan masyarakat bisa aman, berjalan lancar, serta peningkatan kegiatan ekonominya bisa lebih maju. Itulah pentingnya, bahwa pun tetap bisa dirasakan di wilayah Pulau Fan langsung dengan Negara Palau.*