JAYAPURA, wartaplus.com – Mantan Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Buchtar Tabuni akhirnya dibebaskan usai ditangkap Polisi, Kamis (24/03) kemarin.
Ia ditangkap bersama enam simpatisan ULMWP (United Liberation Movement for West Papua) dirumahnya kawasan Kampwolker Waena, Kota Jayapura.
Buchtar Tabuni ditangkap karena dituding terlibat pengeroyokan terhadap anggota Polri yang sedang bertugas.
Usai dibebaskan, Buchtar yang saat ini menjabat Ketua Dewan West Papua ULMWP kepada wartawan meminta kepada Kapolda Papua Irjen Pol. Mathius D. Fakhiri agar dapat mendisiplinkan anggotanya.
Sebab menurutnya, apa yang dilakukan anggotanya di lapangan adalah perbuatan yang tidak sopan dengan mendatangi kediamannya lalu mengambil gambar seenaknya.
“Prinsipnya, kami orang Papua tahu sopan dan saya pikir saudara Kapolda juga sebagai orang Papua mengerti itu. Jadi peristiwa kemarin memang saya melihat anggota Polri ini tidak tahu sopan santun,” tuturnya saa memberikan keterangan pers di rumahnya, Jumat (25/03).
Buchtar pun menjelaskan kronologis penangkapan, bermula ketika salah satu aparat berpakaian preman telah melanggar privasinya dengan mengambil gambar di kediamannya. Hal ini kemudian memicu kemarahan sehingga terjadi perkelahian yang berujung penangkapan dirinya bersama enam orang lainnya.
“Awalnya, dari pemerintah sementara West Papua mau membuat pertemuan internal dan mereka minta izin tempat dan saya izinkan. Undangan belum hadir, Polisi dengan kekuatan penuh sudah datang ke rumah, saat itu saya sempat berkomunikasi dengan pak Kasat. Nah, ada satu orang yang mengambil gambar, saya marah dan saya bilang pukul yang ambil gambar itu. Kemudian salah satu adik yang temani saya sempat pukul,” jelasnya.
“Mereka ini tidak sopan, artinya kami hargai kalau itu demo dan lain-lain itu silahkan. Tapi ini kan datang ke rumah saya, privasi saya dan harusnya kasi tahu saya maksud ambil gambar itu apa, itu memancing emosi saya, makanya saya suruh adik-adik untuk pukul yang ambil gambar,” jelas Buchtar.
Akibat pemukulan itu, Kata Buchtar pihaknya dan kepolisian sempat adu mulut dan juga sempat saling pukul.
“Baku pukul terjadi, saya sempat mencegah tapi akhirnya juga saya dikeroyok dan dicekik. Artinya saya menghargai siapapun yang mau datang di rumah, tapi kalau ambil gambar itu kurang bagus,” akunya
Seperti diberitakan sebelumnya, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal menjelaskan kronologis kejadian pengeroyokan bermula ketika, tim patroli gabungan fungsi dari Polresta Jayapura Kota sedang melaksanakan patroli rutin untuk memantau situasi di Kota Jayapura khusunya di wilayah Distrik Heram Waena.
Saat itu anggota mendapat informasi bahwa sedang berlangsung pertemuan terselubung yang dilakukan oleh simpatisan ULMWP di rumah kediaman Buchtar Tabuni.
“Sampai di sana anggota menyampaikan maksud dan tujuan dengan berdialog bersama mereka. Namun tiba-tiba salah satu anggota kami dikeroyok oleh mereka," kata Kamal, Kamis sore.
Pada saat terjadi pengeroyokan anggota Polresta Jayapura Kota juga melakukan pembelaan diri dengan tangan kosong.
"Dari kejadian ini 2 anggota kami terkena pukulan, yaitu yang berpakaian preman dan yang berdinas,” kata Kamal.**