KETIKA saya menulis opini judul: “Ini Dia Alasannya Mengapa Kita Butuh Komjen Pol Paulus Waterpauw Jadi Wagub Papua,” banyak pihak menerima alasan rasional saya tapi tidak sedikit pula skeptis bahkan banyak yang apatis atas argumentasi saya.
Alasan mereka ada dua. Pertama mereka sudah punya pilihan calon lain dalam arti pendukung berat calon tertentu sehingga wajar sikap apatisme mereka atas opini saya sekalipun usulan saya dapat dinalar bahwa Papua saat ini dan kedepan dibutuhkan Pemimpin seperti sosok Paulus Waterpauw sebagaimana alasannya beberapa point sudah saya kemukakan dalam tulisan judul diatas tadi.
Kedua, alasan mereka yang skeptis atau ragu pada sosok calon Wagub Paulus Waterpauw (selanjutnya disingkat PW) dengan alasan “tangannya berdarah”, sengaja saya tulis dalam tanda petik karena tuduhan itu belum tentu benar demikian, sebaliknya itu masuk kategori fitnah keji tanpa yang bersangkutan pernah melakukan hal itu. Fitnah keji alasannya karena tanpa proses pengadilan langsung dihukum bersalah tanpa diberi peluang membela diri (punya alasan) tapi langsung dihakimi dengan vonis bersalah adalah sama saja pembunuhan karakter.
Opini saya diviralkan oleh media lokal dan tersebar diberbagai WAG lantas ditanggapi dengan beragam sikap pro dan kontra antara skeptis bahkan banyak yang apatis. Sikap apatisme dan skeptitisme mereka dapat dimaklumi karena dalam politik praktis selalu muncul sikap compatitor dari pihak kawan dan lawan sebagai politice enemy. Dan hal seperti itu selalu dan dimana-mana sering sengaja ciptakan.
Adapun opini penyesatan itu tujuannya satu pembunuhan karakter untuk menjatuhkan nama baik PW sebagai calon Wagub dan mantan Kapolda Papua yang kini menjabat sebagai Kabaintelkam Mabes POLRI yang sesungguhnya memiliki kans (peluang) besar masuk sebagai kandidat kuat bursa Cawagub pengganti mendiang Alm. Klemen Tinal mendampingi Lukas Enembe dua tahun kedepan sesuai usulan Partai GOLKAR.
Walaupun sebahagian kompatitor lakukan pembunuhan karakter demikian sebagai penyesatan penggiringan opini publik pihak lawan dalam persaingan politik biasa tapi itu juga menunjukkan kurang lebih ada yang menganggapnya bahwa sosok PW adalah pria paling tepat dan paling kuat mengisi bursa calon Wagub Papua.
Untuk menjawab judul pertanyaan ini seharusnya penulis harus wawancara langsung pada siapa tulisan ini ditujukan untuk minimal mengklarifikasi tuduhan itu karena ini yang lebih berhak menjawab dari sana secara langsung.
Tulisan saya sifatnya umum mengingat sasaran tuduhan demikian ditujukan pada Komjen Pol Paulus Waterpauw sebagai pejabat publik sebagaimana tuduhan sama misalnya ditujukan pada Gubernur Propinsi Papua dengan isu kegagalan Otsus Papua pada masa kepemimpinannya sama dan wajar ditimpakan sebagai pihak pengguna Dana Otsus Papua bernilai tidak sedikit hingga trilyunan rupiah tanpa perbaikan pembangunan significant malah banyak pemyalahgunaan dana Otsus tanpa arah sekalipun Komisi Penanggulangan Korupsi bentukan Menkopolhukam RI, Mahfudz MD yang menggandeng KPK, POLRI dan PPATK hanya banyak gertak dimedia tapi sejauh ini tak mampu menangkap para pelaku perampok uang rakyat Papua itu masih berkeliaran.
Satu hal yang perlu disadari semua pihak baik kawan maupun lawan atau pendukung maupun kompatitor bahwa jabatan adalah amanah (titipan) rakyat. Namun dalam mengemban tugas dan tanggungjawab amanah sebagai pimpinan sudah pasti harus menanggung resiko nama baik maupun buruk dalam melaksanakan tugas di institusi yang dipimpinnya.
Apapun perilaku baik atau buruk bawahan sebagai atasan (pimpinan/kepala) harus bertanggungjawab setiap perilaku baik-buruk bahawannya. Sebagai kepala segala prestasi bawahan yang disebut nama kepala. Sebaliknya perilaku buruk bawahan tetap yang disebut nama tetap juga kepala. Dalam situasi seperti itu seseorang dapat dianggap berhasil atau gagal malah dihukum apapun perilaku bawahan isntitusi manapun seseorang kepala diserahi amanah (tugas).
Hal inilah yang diperkiran mau digiring pihak lawan sebagai kompatitor Komjen Pol Paulus Waterpauw dengan hate speech sebagai sosok Cagub “tangan berdarah”. Soalnya kapan PW pernah bawa pistol membunuh langsung sebagai pelaku kriminal? Ataukah beliau melaksanakan tugas dan faktanya dianggap sukses lalu kini naik pangkat sebagai Putra Terbaik Papua dipercayakan dengan promosi jabatan baru sebagai Kabaintelkam Mabes Polri sebagai suatu prestasi dalm pengemban tugas sebagai Kapolda Papua?
Lagi-lagi kebenaran manusia senantiasa kebenaran subyektive dalam arti dari sisi mana anda memandang? Sekali lagi Komjen Pol Paulus Waterpauw (PW) adalah satu-satunya dan pertama sebagai Jendral Bintang Tiga, Putra terbaik Asli Papua lebih dari kata layak diterima semua pihak untuk menjadi Wagub Propinsi Papua sebagai perekat distingsi kemajemukan Papua senantiasa menuju berubahan terus-menerus silih berganti antara konflik berbagai kepentingan. Kata kuncinya konflik jendral dan militer yang punya power untuk kesinambungan pembangunan berjalan lancar aman damai dari anasir korupsi kolusi dan nepotisme praktek politik tribalisme primordial.
*Ismail Asso* adalah Anggota Forum Senior dan Milenial (FORSEMI) Papua.