JAYAPURA,wartaplus.com - DR Leonardus Tumuka, doktor pertama dari Suku Kamoro yang menyelesaikan studi strata tiga (S3) pada pada University of the Philipines Los Banos, Filipina, tahun 2015. Pencapaian prestasi putra suku Kamoro itu, menjadi salah satu peserta penerima beasiswa dari Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Umum Kemendikbud pada 2002 hingga 2005.
Leo, saat berbincang dengan media Menceritakan bahwa pada 2002 setelah menamatkan pendidikan di bangku SMP YPPK Santo Bernadus Timika, ia terpilih bersama 71 putra-putri Papua lainnya untuk dikirim ke berbagai SMA di Pulau Jawa, Ia bersama empat rekannya memilih melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Madiun, Jawa Timur.
Rekan-rekan yang lain tersebar di berbagai kota, ada yang di Jombang, Gresik, Sidoarjo, Solo, Ambarawa, bahkan Jakarta,” katanya.
“Saya bersyukur ikut dalam program afirmasi itu dan kami 72 orang ditempatkan di sekolah-sekolah unggulan di Pulau Jawa yang rata-rata siswanya cerdas semua. Masuk ke sekolah unggulan di Pulau Jawa tentu menjadi tantangan berat bagi kami dari Papua,” kata pria kelahiran Kampung Koperapoka, Mimika, 20 Juli 1984 itu.
Usai tamat dari SMA Negeri 2 Madiun, Leo melanjutkan studi strata satu (S1) ke Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pasundan, Bandung, hingga lulus pada 2009.
Lebih lanjut leo mengisahkan sambil kuliah itu, ia menyambi bekerja sebagai salesman atau tenaga penjualan. Memasuki semester 5, Leo mendapatkan bantuan beasiswa BBM dari Pemerintah Kabupaten Bandung lantaran tergolong mahasiswa dari keluarga kurang mampu dimana orang tua nya berprofesi hanya sebagai petani serabutan.
Selanjutnya, ia mendapatkan bantuan beasiswa dari Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) yang kini berubah nama menjadi YPMAK hingga jenjang strata dua (S2) pada Universitas Katolik Soegiyapranoto, Semarang hingga lulus pada 2011, dilanjutkan Strata 3 (S-3) di Filipina.
Leo menghimbau dengan banyaknya tawaran beasiswa yang disediakan oleh pemerintah saat ini kepada anak-anak asli Papua, terutama melalui program afirmasi dari sumber dana Otonomi Khusus (Otsus) Papua, maka sudah seharusnya hal itu memotivasi generasi muda Papua untuk bisa meraih prestasi akademik yang membanggakan.
Hanya saja dalam praktiknya, kata Leo, program afirmasi pendidikan melalui dana Otsus Papua itu belum menjangkau seluruh generasi muda asli Papua di berbagai kabupaten/kota.
“Saya belum pernah mendengar ada pengumuman resmi dari pemerintah daerah yang membuka peluang dan kesempatan bagi anak-anak asli Papua untuk bisa melanjutkan pendidikan melalui program afirmasi yang didanai dari sumber dana Otsus Papua itu” ujarnya.
Sehubungan dengan itu, Leo berharap Pemprov Papua maupun Pemkab/Pemkot di daerah masing-masing membuka secara terang-benderang ruang informasi perekrutan calon mahasiswa penerima bantuan beasiswa program afirmasi dari sumber dana Otsus.
Kini sehari-hari Leo bekerja pada Departemen Community Affairs PT Freeport Indonesia di Kuala Kencana dengan jabatan sebagai Senior Liaison Officer merangkap sebagai Ketua Yayasan Caritas Timika (YCTP) yang mengelola Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika.
Saat ini, katanya, jabatan-jabatan penting dan strategis di lingkup manajemen PT Freeport Indonesia diisi oleh putra-putri asli Papua karena mereka memiliki kapasitas kemampuan yang memadai untuk bisa bersaing dengan orang lain. Ia berpesan yang paling penting itu membangun karakter diri yang baik.
“Jangan mentang – mentang anak asli, lalu belajar santai-santai dan kemudian pulang menuntut mau dapat jabatan, bekerja di dunia industri butuh orang-orang profesional kalau kita memiliki keunggulan, melamar kerja di mana pun pasti akan diterima,”ujarnya.