MANOKWARI,wartaplus.com - “Kami berharap, adanya program afirmasi khusus, untuk perekrutan dosen orang asli Papua, agar regenerasi dapat terus terjadi. Kalau ini tidak dilakukan, maka takutnya kedepan, dosen asli Papua akan menjadi minoritas di kampus-kampus Negeri di Tanah Papua”
Hal tersebut diungkapkan oleh Rektor Universitas Negeri Papua (UNIPA), Dr. Ir. Meky Sagrim,SP.,M.Si, saat melakukan rapat tatap muka, bersama dengan jajaran wakil rektornya, dengan dihadiri oleh Staf Khusus Presiden Milenial RI, Billy Mambrasar, bersama dengan timnya di Ruang Rektorat UNIPA, Amban, Manokwari, Provinsi Papua Barat (18/05/2021).
Menurut Sagrim, rasio dosen Papua dan Asli Papua saat ini tidak berimbang, dan salah satu penyebabnya adalah proses perekrutan yang dirasa terlalu terpusat, dan tidak memperhatikan konteks lokal. Proses afirmasi dalam perekrutan diperlukan, untuk mengurangi celah atau ketimpangan rasio ini.
Sagrim memberikan contoh, beberapa proses afirmasi yang dapat dilakukan adalah misalnya identifikasi awal dari kandidat dosen di kalangan mahasiswa Asli Papua, yang memiliki prestasi akademik gemilang. Mereka ini kemudian di persiapkan sejak dini, untuk dapat membantu dosennya mengajar, lalu persiapkan untuk sekolah lebih lanjut, menempuh pendidikan S2, hingga S3, dengan beasiswa pemerintah yang tersedia sekarang, seperti beasiswa LPDP, atau afirmasi. Setelah sekolah, lalu ditampung kembali di salah satu perguruan tinggi negeri di Papua atau Papua Barat.
Sagrim juga berharap, proses perekrutan yang terlalu terpusat, dapat sedikit di sesuaikan. Harapannya adalah adanya kebijakan agar Rektor di Universitas Negeri di Papua dapat diberikan mekanisme dan otoritas lebih, untuk memilih dan menyiapkan calon-calon dosen dari kalangan anak asli Papua, di Institusi pendidikannya.
Afirmasi
“Saya mendukung penuh untuk adanya afirmasi proses penyiapan, perekrutan, hingga beasiswa pendidikan untuk dosen-dosen asli papua, agar suplai dosen lokal tetap terjaga, dan celah antara dosen asli Papua dan Bukan Asli Papua tadi dapat diperkecil. Ini sejalan dengan prioritas Presiden Joko Widodo saat ini, yakni mendorong percepatan pembangunan di Papua berbasis Orang Asli Papua, dan salah satunya melalui Pendidikan ini, termasuk Pendidikan Tinggi”, sementara respons Billy Mambrasar, terhadap aspirasi Rektor UNIPA tersebut.
Beberapa strategi yang kemudian muncul dari diskusi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi sedini mungkin Mahasiswa S1 asli Papua dari kampus-kampus Negeri Papua, dan memasukkannya kedalam basis data terintegrasi, calon calon berbakat Dosen lokal
2. Individual dalam basis data tersebut lalu dipersiapkan untuk dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut, yang dibiayai oleh pemerintah. Persiapannya tersebut adalah termasuk penyiapan untuk dapat mengikuti seleksi Beasiswa-beasiswa tersebut.
3. Setelah mengikuti pendidikan Tinggi Lanjutan, lalu dengan mengikuti mekanisme tes lokal, dapat masuk dan menjadi dosen di salah satu Institusi Pendidikan Tinggi di Tanah Papua.
Memberikan respons lanjutan atas tiga strategi diatas, Billy Mambrasar merasa optimis bahwa peningkatan jumlah dosen lokal Papua akan dapat dicapai.
“Hal ini sejalan dengan strategi Manajemen Talenta Papua, yang saat ini dikerjakan di level nasional, yang merupakan bagian dari desain Manajemen Talenta Nasional. Jadi data-data anak asli Papua, yang berpotensi menjadi dosen, di identifikasi, lalu dimasukkan ke dalam satu set data, yang nanti di link dengan kesempatan, baik kesempatan bekerja, dan juga bersekolah,"ujar Stafsus Billy Mambrasar, menjelaskan salah satu dari lima program kerjanya, yang merupakan rencana aksi percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat berdasarkan Inpres No.9 tahun 2020.
Stafsus Billy Mambrasar kemudian berjanji akan meneruskan aspirasi tersebut kepada Pihak Kemendikbud Dikti, untuk dapat ditindak lanjuti, dengan harapan, akan terjadi perubahan cepat dalam pembangunan Sumber Daya Manusia Papua.*